Hibis - Pembalut herbal ( Hub : 082136933808 ) FREE ONGKIR

HIBIS Bio Sanitary Napkins
Pembalut wanita yang diproduksi dengan memakai teknologi tinggi, yaitu “Bio Teknologi” bahan baku kapas, berkualitas tinggi, dan tidak mudah tembus, mengandung berbagai jenis herbal alami di dalamnya yang mempunyai khasiat tinggi.
Hibis Bio Sanitary Napkins "PEMBALUT HERBAL" ( UNTUK ORDER SILAHKAN LANGSUNG HUB / SMS / WA/ LINE : 08970009855 ATAU BB : 73ED357D ) makasiiih... :)

Kamis, 18 November 2010

Minggu, 14 November 2010

- SEUNTAI KALUNG FATIMAH -

* copas : http://www.facebook.com/note.php?note_id=160654730639133&id=100000002910792



Bismillaahirrohmanirrohiim..



Seperti biasanya siang itu matahari memanggang kota Makkah dengan amat terik.



Hari itu, Rasulullah baru saja berjama’ah sholat Dhuhur bersama para sahabat.

Sesaat mereka selesai membaca dzikir, tiba-tiba seorang laki-laki menyeruak dari shaf paling belakang.



Dengan merunduk-runduk ia melangkahi beberapa sof, langsung duduk dibelakang Rasulullah.



Bau anyir peluh di tubuhnya menyebar..



Tubuh lelaki tua itu, kurus, ceking dan kumuh penuh debu.



Kumis dan jambangnya lebar, rambutnya gondrong tak terurus.



Dengan terbata-bata, lelaki tua itu memohon kepada Rasulullah,



“Asssalamu’alaikum.. Yaa Rasulullah…. Sudah beberapa hari ini saya kelaparan, Tubuhku hampir telanjang karena hanya kain selembar dan compang-camping ini yang kupakai.



Saya datang dari pedusunan, nun jauh di puncak bukit sana.



Saya lapar dan capek..



Karena itu maaf ya Rasulullah, saya tak bisa ikut serta sholat berjama’ah karena tidak mampu menutup aurat.



Adakah sesuap gandum yang bisa mengganjal perut dan selembar kain penutup aurat ?.”



Sebenarnya Rasulullah sangat iba melihat keadaan orang itu.



Wajahnya pucat, bibirnya membiru dan tangannya gemetar memegang tongkatnya.



Tetapi apa mau di kata, beliau tidak sedang tidak punya apa-apa yang bisa diberikan kepadanya.



“Siapakah engkau, wahai saudaraku ?” Tanya Rasulullah dengan lembut sambil menjabat tangannya, sementara telapak kirinya menepuk pundak musafir yang kelaparan itu.



“Nama tidaklah penting, ya Rasulullah.



Tetapi saya adalah sorang Arabi, orang dusun yang sangat miskin.



Saya sangat merindukan bisa bertemu dengan Engkau, wahai kekasih ALLAH..



Apalagi jika Engkau bersedia mengenyangkan perut saya dan membantu menutup autrat saya hingga saya bisa kembali sholat,” jawab lelaki tua itu terbata…



Tubuhnya gemetar..



Rasulullaah sangat terharu.



Lalu sabdanya. “ Sayang sekali, wahai saudaraku.., saya sendiri saat ini juga tidak punya apa-apa seperti hal nya engkau. Tetapi orang yang menunjukkan kebaikan, sesungguhnya sama saja pahalanya dengan orang yang berbuat kebaikan..



Karena itu saya sarankan agar saudaraku datang kepada orang yang di cintai ALLAH dan Rasul NYA, yang lebih mementingkan ALLAH ketimbang dirinya sendiri.



Rumahnya sangat dekat dengan rumahku, (yang dimaksud ialah Fatimah az-Zuhra, putrid Rasulullah), mungkin ada sesuatu yang bisa diberikan kepadanya sebagai sedekah.”



Dengan diantar oleh Bilal bin Robbah, bekas budak belian berkulit hitam, berangkatlah musafir tua itu kerumah Fatimah.



Siang itu, kebetulan Fatimah ada dirumah, yang seperti hak nya rumah Rasulullaah, sangat sederhana.



Dengan sangat santun, lelaki itu berkata, “Assalamu’alaikum, wahai putri Rasulullah,”



Suaranya serak parau, tubuhnya gemetar, hampir saja jatuh terkulai.



“Wa’alaikumussalam, Siapakah kakek ?,



Adakah sesuatu yang dapat saya Bantu ?”



Dengan penuh harap, sementara kedua bola matanya berkaca-kaca,



Badui Arab itu menceritakan keadaan dirinya, sama seperti yang baru saja ia ceritakan kepada Rasulullah..



Persis, tak kurang tak lebih.



Mendengar cerita mengharukan itu, Fatimah bingung…



Ia tak berdaya, Ia tidak memiliki barang yang cukup berharga untuk di sedekahkan.



Padahal selaku keluarga Rasulullah ia telah terbiasa menjalani hidup amat sederhana, jauh di bawah taraf kehidupan rakyat jelata.



Tetapi hatinya tak tega membiarkan lelaki tua dan miskin itu tetap kelaparan sementara tubuhnya hampir-hampir tak tertutup.



Setelah mencari-cari sesuatu disekeliling rumahnya yang sempit itu, akhirnya Fatimah memberikan satu-satunya alas tidur miliknya yang biasa di pakai sebagai alas tidur Hasan dan Husain.



Dengan ikhlas, ia pun menyerahkan kepada sang tamu, musafir tadi.



Tentu saja si Badui Arabi itu terheran-heran.



Ia butuh makanan karena berhari-hari perutnya keroncongan.



Ia pun juga hampir telanjang karena sudah lama pakaiannya hanya selembar kain kumal yang sudah compang-camping.



“Maaf Wahai putri Rasulullaah yang di cintai ALLAH.



Saya kemari karena lapar dan mengharapkan selembar kain penutup aurat.



Tapi yang engkau berikan hanya ini.. Apa yang bisa saya perbuat dengan selembar kulit kambing ini ?” kata kakek itu dengan memelas.



Fatimah pun malu bukan main…



Ia bertambah bingung..



Ia kembali masuk kedalam rumahnya,



Matanya mencari-cari lagi sesuatu yang barangkali dapat ia sumbangkan kepada fakir miskin itu,



Tetapi sungguh, tak ada satu pun barang atau makanan yang layak untuk diberikan.



Ia bertanya-tanya.., mengapa ayahku mengirimkan orang ini kepadaku ??

Padahal ayah tahu aku tidak lebih kaya daripada beliau.



Sesudah merenung sejenak barulah ia teringat akan seuntai barang pemberian Fatimah binti Hamzah bin Abdul Mutholib, bibinya.



Barang itu amat indah, namun ia merasa kurang pantas memakainya karena ia dikenal sebagai pemimpin umat.



Barang itu adalah sebuah kalung emas.





Buru-buru diambilnya benda itu dari dalam kotak simpanannya, lalu dengan rasa ikhlas kalung kesayangan itu Ia berikan kepada si Badui Arabi.



Dengan senyum ramah, Fatimah pun menyerahkannya.





“Ambillah kalung ini, kakek.. Inilah satu-satunya benda berharga yang sempat saya miliki dan layak saya berikan pada kakek.



Ambillah, saya mengikhlaskannya.. Mudah-mudahan ALLAH Subhanahu wa ta’ala berkenan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik dan lebih berharga.”. katanya dengan lembut tapi penuh hormat.



Nada bicara wanita terhormat itu sangat menyentuh hati.



Orang itu terbelalak melihat benda yang kini di genggamnya.



Begitu indah, pasti mahal harganya.



Dengan suka cita dan wajah berseri, orang itu pun kembali menghadap Rasulullah.



Diperlihatkannya kepada beliau kalung emas pemberian Fatimah.



Ia pun menceritakan betapa Fatimah dengan ramah dan lembut tetapi penuh hormat memberinya seuntai kalung emas yang tak ternilai harganya.



Mendengar cerita orang tua itu, Rasulullah tak mampu menahan airmatanya tang meleleh satu demi satu sambil beliau berdoa,



“Semoga ALLAH membalas keikhlasannya,”



Diantara jama’ah yang ada pada saat itu terdapat salah satu sahabat Rasulullah yang cukup mampu, Abdurrahman bin Auf.



Melihat dan mendengar cerita kakek musafir itu, Abdurrohman pun berkata, “Ya Rasulullah.., bolehkah saya membeli kalung itu ?”



Sambil menyeka kedua belah pipinya yang basah oleh air mata, Rasulullah pun menjawab,



“Belilah, jika engkau bersedia.”



Abdurrohman pun kemudian mendekati Badui Arab yang menimang-nmang kalung itu.



“Pak, berapa kalung itu mau kamu jual ?” tanyanya kepada musafir itu.



Kakek itu menoleh kepada Rasulullah,



“Bolehkah saya jual ya Rasul ?”



“ Silahkan, kalung itu milikmu” sahut Rasulullah..



Orang itu lantas berkata kepada Abdurrahman bin Auf,



“Seharga beberapa potong roti dan daging yang bisa sekedar mengenyangkan perutku. Tetapi kalau bisa tambahkanlah dengan secarik kain penutup aurat agar saya bisa menghadap ALLAH dengan sopan dan bersih, serta beberapa keping dinar agar saya bisa pulang kampung,” Jawab si Badui.



“Baiklah, Kalung itu saya beli dengan 20 dinar dan 100 dirham.



Selain itu saya tambah dengan roti dan daging secukupnya, Saya juga akan memberi pakaian serta seekor unta agar engkau bisa pulang kembali ke keluargamu di dusun,” kata Abdurrahman lagi.



“Alangkah baik budimu. Saya terima tawaranmu,” ujar orang tua itu sembari melangkah menjabat tangan Abdurrahman.



Abdurrohman pun mengantar musafir itu mengambil semua yang di janjikan di rumahnya.



Kini, musafir tua yang dekil itu bersemangat dan berseri-seri .



Ia sudah kenyang, tubuhnya bersih.



Dengan pakaian yang rapi, ia mengendarai onta yang sehat.



“ Bagaimana keadaanmu sekarang, saudaraku ?” Tanya Rasulullah.



“Alhamdulillaah, Wahai kekasih ALLAH, Saya telah mendapatkan yang lebih daripada yang saya perlukan. Bahkan saya merasa telah menjadi orang kaya.”



Rasulullah menjawab, “Terima kasih kepada ALLAH dan Rasul NYA harus di awali dengan berterima kasih kepada yang bersangkutan. Balaslah kebaikan Fatimah.”





Kontan, orang tua itu pun mengangkat kedua tangannya ke atas, “Ya, ALLAH.. Aku tak mampu membalas kebaikan Fatimah dengan sepadan. Karena itu hamba memohon kepada-MU, berilah Fatimah balasan dari hadirat-MU, berupa sesuatu yang tidak terlintas di mata, tidak terbayang di telinga dan tidak terbesit di hati, yakni surga-MU, Jannatun Na’im.”



Rasulullah menyambut do’a itu dengan “aamiin” seraya tersenyum ceria.



Beberapa hari kemudian, budak Abdurrohman bin Auf bernama Sahm datang menghadap Rasulullah dengan membawa kalung yang di beli dari orang tua itu.



“Ya Rasulullah, “ ujar Sahm, “ Saya datang kemari di perintah Tuan Abdurrohman bin Auf untuk menyerahkan kalung ini untukmu, dan diri saya sebagai budak diserahkannya kepadamu”



Rasulullah tertawa, “ Kuterima pemberian itu. Nah, sekarang lanjutkanlah perjalananmu kerumah Fatimah, anakku.



Kalung ini tolong serahkan kepadanya, Juga dirimu kuberikan untuk Fatimah.”



Sahm lalu mendatangi Fatimah di rumahnya, dan menceritakan pesan Rasulullah untuknya.



Fatimah dengan lega menerima dan menyimpan kalung itu di tempat semula, lantas berkata kepada Sahm,



“Engkau sekarang telah menjadi hakku, Karena itu engkau ku bebaskan.



Sejak hari ini engkau menjadi orang yang merdeka.”



Sahm tertawa nyaring sampai Fatimah keheranan, “Mengapa engkau tertawa ?”



Bekas budak itu menjawab, “Saya gembira menyaksikan riwayat sedekah dari satu tangan ke tangan berikutnya.



Kalung ini tetap kembali kepadamu, wahai putri Rasulullah, namun karena keikhlasan , kalung ini telah membuat kaya orang miskin, telah menjamin surga untukmu, dan kini membebaskan aku menjadi orang yang merdeka”..







" Yuk bersedekah "

Senin, 08 November 2010

Kisah C.I.N.T.A♥◦°˚¨˚°*•‧::‧☺*•♫.•♥.•*¨:*•♫.•♥.•

Di suatu pulau kecil ada seorang gadis bernama CINTA dan teman-temannya

namanya kecantikan, kesedihan, kegembiraan, kekayaan,

mereka hidup berdampingan dengan baik

namun suatu ketika datang badai menghepas pulau kecil itu dan air laut tiba-tiba naik dan akan menggelamkan pulau itu

semua penghuni pulau cepat2 berusaha menyelamatkan diri,







CINTA sangat kebingungan sebab ia tak dapat berenang dan tdk mempunyai prahu dia berdiri di tepi pantai mencoba mencari pertolongan

smentara itu air smakin naik membasahi kakinya

tak lama CINTA melihat Kekayaan sdang mengayuh perahu





'kekayaan!kekayaan! tolong aku!,' teriak CINTA'

Aduh! maaf, CINTA' kata kekayaan"

aku tak dapat membawamu serta perahuku ini tenggelam

lagipula tak ada tempat lagi bagimu.





CINTA sedih sekali namun kemudian dilihatnya Kegembiraan lewat dgn perahunya

" kegembiraan! tolong aku ! " teriak CINTA

namun kegembiraan terlalu gembira karna ia menemukan perahu sehingga ia tak dpt mendengar teriakan CINTA,

air semakin tinggi dan CINTA smakin panik.







Tak Lama lewatlah kecantikan

" Kecantikan! bawalah aku bersamamu!, " teriak CINTA lg

" Wah, CINTA kamu basah dan kotor, aku tak bisa membawamu nanti bisa mengotori perahuku yang indah ini

" sahut kecantikan.

CINTA sdih skali mendengarnya ia mlai menangis terisak-isak







Saat itulah lewat kesedihan

" Oh Kesedihan, bawalah aku bersamamu!, " kata cinta

" Maaf CINTA aku sedang sedih dan aku ingin sendirian saja, " kata kesedihan sambil terus mengayuh perahunya.

CINTA putus asa.







Ia merasakan air makin naik dan akan menenggelamkannya.

Pada saat kritis itulah tiba2 terdengar suara

"CINTA! Mari cepat naik ke perahuku!"

CINTA menoleh ke arah suara itu dan cepat2 naik keperahu itu,tepat sebelum air menenggelamkannya

di pulau terdekat, CINTA turun dan perahu itu langsung pergi lgi.









Pada saat itu barulah CINTA sadar ia sama sekali tdk mengetahui siapa yang menolongnya,

CINTA segera bertanya kpd penduduk pulau itu

" Yang tadi adalah WAKTU ," kata penduduk itu

"Tapi, mengapa ia menyelamatkan aku ?

Aku tdk mengenalinya Bahkan teman2ku yg mengenalku pun enggan menolong" Tanya CINTA heran









SEBAB HANYA WAKTULAH YANG TAHU BERAPA NILAI SESUNGGUHNYA DARI CINTA ITU.....!

kumpulan gambar akhwat 3






Rabu, 03 November 2010

Wahai para akhawat dengarlah....

Kelibat mataku memandang tajam

Lantas butiran airmata jatuh berguguran

Melihat nasib pendukung agama,

Yang lemas terus dibawa arus,

globalisasi dan “kemodenan”



Akhawatku Sayang,

Wajah yang dulunya bersih,

dicoret dengan warna-warni untaian dosa.

Bibir yang dulunya suci,

diwarnai pelbagai warna yang menggiurkan.

Hijabmu ibarat senjata yang ampuh,

turut disalahgunakan.



Akhawatku Sayang,

Tempat yang suci dijadikan medan pertandingan,

dengan pameran busana yang memukau,

gandingan fesyen dan warna yang garang,

takkan terlepas dari lirikan mata yang memandang.



Siapa yang lagi menarik?

Siapa yang lagi cantik?

Siapa yang lagi ramai peminat?

Luar sadar, niat mula berubah,

tanpamu mengizinkan.



Akhawatku Sayang,

Cantiknya wanita itu,

bukan kerana ramainya lelaki yang memujamu.



Cantiknya wanita itu,

bukan kerana cantik dan mahalnya pakaian yang menutup auratmu.



Cantiknya wanita itu,

bukan kerana manjanya nada suaramu.



Cantiknya wanita itu,

bukan kerana kelembutan yang bukan pada tempatmu.



Cantiknya wanita itu,

bukan kerana keberanian yang salah di sisi agamamu.



Namun Akhawatku Sayang,

Cantiknya wanita itu terletak

pada bibirmu yang selalu berzikir,

pada mukamu yang bersinar dengan cahaya wudhuk,

pada hatimu yang penuh rahmah dan taqwa,

pada pendirianmu yang tak goyah,

memperjuangkan agamamu,

yang semakin hari semakin penat,

kerana madrasah utama ummah,

hilang arah dan tujuan kehidupan.



Akhawatku Sayang,

Mengapa harus berbangga diri,

Tiada yang tinggal dalam jasadmu,

kecuali rohmu yang suci,

janganlah engkau kotorkan dengan hawa nafsu.

Yang menjadi pinjaman pasti akan dipulangkan,

kepada Pemiliknya kelak.



Akhawatku Sayang,

Sudah engkau menjadi bahaya fitnah,

yang sudah termaktub sejak beribu tahun dahulu.

Apakah engkau sanggup merealisasikan

sebuah fitnah,

yang mampu menggoncang keimanan

setiap yang bernama lelaki?



Akhawatku Sayang,

Bukan diskriminasi Tuhan,

yang menciptakanmu sedemikian,

kerana engkau ibarat mutiara yang bernilai.

Yang sewajarnya dijaga rapi setiap saat.



Selayaknya simpanlah kecantikanmu,

kepada yang layak engkau pamerkan.

Bahkan pahala yang bakal diterima,

jika diberi pada tempatnya dan tepat orangnya.


http://www.facebook.com/note.php?note_id=465194565816&id=213126265314&ref=mf

Jangan Tertipu Sanjungan Menipu

Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh..



============================



“Assalamualaykum ukhti,status Fb nya bagus,ana suka “



Semua di mulai dari sapaan itu,aku ingat betul. Jawaban-jawaban yang aku berikan ternyata menjadi angin di mulainya badai.



” Ukhti,nanti malem jangan lupakan tahajjud,ana yakin ukhti selalu menegakkan sholat malam,sesuai dengan apa yang ukhti selalu tulis di

status fb nya “



Aahh.. pesan dinding dari dia lagi,membuatku deg-degan,dan aku selalu merasakan getaran yang sama setiap aku melihat di akhir kalimt sebuah senyuman. Aku pun membalasnya dengan semangat,perhatiannya begitu menawan hatiku.



Sanjungan-sanjunganya,pujian-pujiannya terus mengalir dalam comment status fb ku dan pesan di dindingku. Sampai aku melihatnya,sebuah undangan yang tersebar di Foto Fb nya. Lantas di anggap apa aku ini?? Apa arti dari sanjungan itu?? Kenapa dia mengangkatku dengan pujianya hanya untuk menjatuhkanku??



===========================



Sahabat,kisah di atas mungkin cerminan dari sebuah fitrah wanita yang suka di sanjung dan laki-laki yng suka menyanjung,terlepas maksud apa dan kenapa laki-laki itu menyanjung.



Sadarkah kita,ketika Kaum Adam menyanjung wanita,akan membuatnya berharap bahkan sampai mencintai laki-laki yang suka memuji.



Ingatlah,ketika laki-laki memujimu bukan berarti mereka hanya memujimu seorang. Bisa jadi pujian itu mereka tujukan untuk wanita-wanita yang lain.



Yang mudah tersanjung pasti mudah tersandung. Berhati-hatilah dengan setiap pujian yang datangnya dari ketidak halalan,cermati dan sikapi sebijak mungkin. Eratkan dan dekatkan hatimu hanya pada AllOh Subhanahu Wa Ta’ala semata.



Seharusnya,ketika seorang muslimah di puji dan di sanjung oleh ikhwan yang bukan mahrom baginya,dia akan merasakan malu luar biasa.

Bukan malu pada sang pangeran yang menyanjung kita,tapi pada AllOh Azza Wa Jalla,karna sesungguhnya segala pujian pada kita datangnya dari ” Warna-Nya”.



Anggalah setiap pujian yang datang pada kita adalah cerminan dari cara mereka menyanjung AllOh. Kita lebih tau sesungguhnya siapa diri kita. Jangan samapai kita terlena karna pujian,sampai kita lalai dan lupa bahwa kita senantiasa di selubungi kelemahan,kekurangan,aib,dan sifat-sifat buruk,jadi kita tidak terperangkap pada jebakan yang bisa membuat kita hancur.



-**Ukhti..Ukhti..Ukhti..**-



Jangan lah kau lalai dengan sanjungan mereka,karna belum tentu sanjungan itu tertuju hanya untukmu seorang. Engkau lebih tau baik dan buruknya dirimu,pujian mereka hanya akan membuat teerlena. Apa engakau akan membiarkan syahwat yang di tunggangi syetan menang??

Lalu mengapa engkau menikmati sgala pujian dari mereka??Mereka tidak mengenalmu,kau simpan rapat-rapat keburukanmu. Ketika mereka tau sedikit aibmu,mereka lelah akanmu. Ternyata kau tak sesempurna bayangan mereka,apa kau mau di jatuhkan setelah kau di naikan ke langit??



Apa kau lupa,mereka hanya menduga-duga tentang dirimu,mereka tak tau tentangmu,mereka hanya menduga-duga kebaikanmu dengan pujian mreka, kenapa engkau begitu menyukainya??



-**Akhi..akhi..akhi..**-



Kenapa engkau begitu suka menyanjung mereka?? engkau sangat tau kelemahan mereka ada di pujian dan sanjungan mautmu yang telah di tunggangi syetan.



Apa engkau biarkan syetan tertawa di atas nafsu syahwatmu?? waspadailah kata-katamu,karna pujian darimu membuat mereka bak putri yang selalu dirindukan,tapi belum tentu kau halal kan mereka.



Harusnya engaku malu,engkau takut,kau tujukan pujianmu pada makhluk yang tak halal bagimu,apa kau pernah berfikir,kenapa kau tak memuji AllOh ?? Padahal AllOh lah yang membentuk mereka sebaik-baiknya manusia.



Sahabat,Sungguh Dia-lah yang mengantarkan pujian itu kepadamu,dan hanya Dia-lah yang patut kita puji…Yaa hanya Dia..Alloh Subhanahu Wa Ta’ala.



Wallahu’alam bi Showwab.

===========================


http://www.facebook.com/note.php?note_id=463821730816&id=213126265314&ref=mf