Hibis - Pembalut herbal ( Hub : 082136933808 ) FREE ONGKIR

HIBIS Bio Sanitary Napkins
Pembalut wanita yang diproduksi dengan memakai teknologi tinggi, yaitu “Bio Teknologi” bahan baku kapas, berkualitas tinggi, dan tidak mudah tembus, mengandung berbagai jenis herbal alami di dalamnya yang mempunyai khasiat tinggi.
Hibis Bio Sanitary Napkins "PEMBALUT HERBAL" ( UNTUK ORDER SILAHKAN LANGSUNG HUB / SMS / WA/ LINE : 08970009855 ATAU BB : 73ED357D ) makasiiih... :)

Senin, 28 Juni 2010

Minggu, 27 Juni 2010

INDAHNYA Menyendiri BERSAMA Allah SWT [ KH. Abu Bakar QS ]

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Niscaya aku akan melihat beberapa kaum dari umatku datang pada hari kiamat dengan kebaikan laksana gunung-gunung Tihamah yang putih, kemudian Allah Azza wa Jalla menjadikannya debu yang beterbangan".
Ada yang bertanya: "Wahai Rasulullah, jelaskanlah sifat mereka kepada kami, agar kami tidak menjadi bagian dari mereka sementara kami tidak tahu," Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Ketahuilah, mereka adalah saudara kalian, satu bangsa, dan bangun malam sebagaimana kalian. Tapi jika mereka menyendiri dengan larangan-larangan Allah, mereka melanggarnya"

Seseorang mungkin menjauh dari dosa dan maksiat saat berada di hadapan dan dilihat orang lain. Tetapi jika ia menyendiri dan terlepas dari pandangan manusia, ia pun melepaskan tali kekang nafsunya, merangkul dosa dan memeluk kemungkaran.

"Dan cukuplah Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Melihat dosa hamba-hamba-Nya". [al-Isrâ`/17 : 17].

"Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kalian kerjakan". [al-Baqarah /2 : 74].

Bahkan jika ingin berbuat dosa dan ada seorang anak kecil di hadapannya, ia akan meninggalkan dosa itu. Dengan demikian, rasa malunya kepada anak kecil lebih besar daripada rasa malunya kepada Allah. Andai saat itu ia mengingat firman Allah:

"Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui segala yang mereka sembunyikan dan segala yang mereka tampakkan?" [al-Baqarah/2 : 77].

"Tidakkah mereka tahu bahwasanya Allah mengetahui rahasia dan bisikan mereka, dan bahwasanya Allah amat mengetahui segala yang ghaib?" [at-Taubah/9 : 78]

Sungguh celaka wahai saudaraku! Jika keberanian anda berbuat maksiat adalah karena anda meyakini bahwa Allah Azza wa Jalla tidak melihat, maka alangkah besar kekufuran anda. Dan jika anda mengetahui bahwa Allah mengetahuinya, maka alangkah parah keburukan anda, dan alangkah sedikit rasa malu anda!

"Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah mengetahui mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak ridhai. Dan adalah Allah Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan". [an-Nisâ`/4 : 108].

Di antara hal yang sangat "ajaib" adalah anda mengenal Allah, tetapi bermaksiat kepada-Nya. Anda mengetahui kadar kemurkaan-Nya, tetapi justru menjatuhkan diri kepada kemurkaan itu. Anda mengetahui betapa kejam hukuman-Nya, tetapi anda tidak berusaha menyelamatkan diri. Anda merasakan sakitnya keresahan akibat maksiat, tetapi tidak pergi menghindarinya dan mencari ketenangan dengan mentaati-Nya.

Qatadah berpesan: "Wahai anak Adam, demi Allah, ada saksi-saksi yang tidak diragukan di tubuhmu, maka waspadailah mereka. Takutlah kepada Allah dalam keadaan tersembunyi maupun nampak, karena sesungguhnya tidak ada yang tersembunyi dari-Nya. Bagi-Nya, kegelapan adalah cahaya, dan yang tersembunyi sama saja dengan yang nampak. Sehingga, barang siapa yang bisa meninggal dalam keadaan husnuzhan (berbaik sangka) kepada Allah, hendaklah ia melakukannya, dan tidak ada kekuatan kecuali dengan izin Allah"

"Kalian sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian pendengaran, penglihatan dan kulit kalian terhadap kalian, tetapi kalian mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kalian kerjakan. Dan yang demikian itu adalah prasangka kalian yang telah kalian sangka terhadap Rabb kalian, prasangka itu telah membinasakan kalian, maka jadilah kalian termasuk orang-orang yang merugi". [Fushshilat/41 : 22-23].

Ibnul-A'rabi berkata: "Orang yang paling merugi, ialah yang menunjukkan amal-amal shalihnya kepada manusia dan menunjukkan keburukannya kepada Allah yang lebih dekat kepadanya dari urat lehernya" [6].

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya". [Qâf /50:16].

إِذَا مَا خَلَوْتَ الدَّهْرَ يَوْمًا، فَلاَ تَقُلْ خَلَوْتُ وَلَكِنْ قُلْ عَلَيَّ رَقِيْبُ
وَلاَ تَحْسَبَنَّ الله يَغْفُـلُ سَـاعَـةً وَلاَ أَنَّ ماَ تُخْفِيْهِ عَنْهُ يَغِيْـبُ

Saat engkau sedang sendiri jangan katakan aku sendiri,
teapi katakan ada yang senantiasa mengawasi diri ini.
Dan sedikitpun jangan menyangka bahwa Allah lalai,
atau menyangka Dia tak tahu apa yang tersembunyi.

Sungguh takwa kepada Allah dalam keadaan tidak nampak (fil-ghaib) dan takut kepada-Nya dalam keadaan tersembunyi merupakan tanda kesempurnaan iman. Hal ini menjadi sebab diraihnya ampunan, kunci masuk surga. Dan dengannya, seorang hamba meraih pahala yang agung nan mulia.

"Sesungguhnya kamu hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Rabb Yang Maha Pemurah walaupun dia tidak melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia". [Yâsîn/36 : 11]

"Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhan mereka dalam keadaan tersembunyi akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar". [al-Mulk/67 : 12].

"Dan didekatkanlah surga itu kepada orang-orang yang bertakwa pada tempat yang tiada jauh (dari mereka). Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada setiap hamba yang selalu kembali (kepada Allah) lagi memelihara (peraturan-peraturan-Nya). (Yaitu) orang yang takut kepada Rabb Yang Maha Pemurah dalam keadaan tersembunyi dan dia datang dengan hati yang bertobat. Masukilah surga itu dengan aman, itulah hari kekekalan. Mereka di dalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki; dan Kami memiliki tambahannya".[Qâf/50 : 31-35].

Dan di antara doa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah:

أَسْأَلُكَ خَشْيَتَكَ فِى الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ

"Aku memohon rasa takut kepada-Mu dalam keadaan tersembunyi maupun nampak".

Maknanya, hendaklah seorang hamba takut kepada Allah dalam keadaan tersembunyi maupun nampak, serta lahir dan batin, karena kebanyakan orang takut kepada Allah dalam keadaan terlihat saja. Namun yang penting adalah takut kepada Allah saat tersembunyi dari pandangan manusia, dan Allah telah memuji orang yang takut kepada-Nya dalam kondisi demikian.

Bakr al-Muzani berdoa untuk saudara-saudaranya: "Semoga Allah menjadikan kami dan kalian zuhud terhadap hal yang haram, sebagaiman zuhudnya orang yang bisa melakukan dosa dalam kesendirian, namun ia mengetahui bahwa Allah melihatnya, maka ia tinggalkan dosa itu"

Sebagian lagi mengatakan: "Orang yang takut bukanlah orang yang menangis dan 'memeras' kedua matanya, tetapi ia adalah orang yang meninggalkan hal haram yang ia sukai saat ia mampu melakukannya"

إِذَا السِّرُّ وَالإِعْلاَنُ فِي المُؤْمِنِ اسْتَوَى فَقَدْ عَزَّ فِي الدَّارَيْنِ وَاسْتَوْجَبَ الثَّنَا
فَإِنْ خَالَـفَ الإِعْـلاَنُ سِرًّا فَمَا لَهُ عَلَى سَعْيِهِ فَضْلٌ سِوَى الْكَدِّ وَالْعَنَا

Jika tersembunyi dan tampak bagi seorang mukmin tiada beda,
maka ia telah berhasil di dua dunia dan kita pantas memujinya.
Namun jika yang tampak menyelisihi yang rahasia,
tiada kelebihan pada amalnya, selain penat dan lelah saja.

Hal-hal yang menjadikan takut (khasy-yah) kepada Allah Azza wa Jalla :
1. Iman yang kuat terhadap janji Allah l dan ancaman-Nya atas dosa dan maksiat.

2. Merenungkan kejamnya balasan Allah Subhanahu wa Taala dan hukuman-Nya. Hal ini menjadikan seorang hamba tidak melanggar aturan-Nya, sebagaimana dikatakan al-Hasan al-Bashri: "Wahai anak Adam, kuatkah engkau memerangi Allah? Orang yang bermaksiat berarti telah memerangi-Nya". Sebagian lagi mengatakan: "Saya heran dengan si lemah yang menentang Sang Kuat".

3. Kewaspadaan yang kuat terhadap pengawasan Allah dan mengetahui bahwa Allah mengawasi hati dan amalan para hamba, serta mengetahui mereka di manapun berada. Orang yang sadar bahwa Allah melihat-Nya di manapun berada, mengetahui dirinya secara lahir dan batin, mengetahui yang tersembunyi maupun yang nampak, dan ia mengingat hal itu saat menyendiri, maka ia akan meninggalkan maksiat dalam ketersembunyiannya. Wahb bin al-Ward berkata: "Takutlah kepada Allah sebesar kekuasaan-Nya atas dirimu! Malulah kepada-Nya seukuran kedekatan-Nya kepadamu, dan takutlah kepada-Nya karena Dialah yang paling mudah bisa melihatmu"

4. Mengingat makna sifat-sifat Allah, antara lain: mendengar, melihat dan mengetahui. Bagaimana anda bermaksiat kepada yang mendengar, melihat dan mengetahui keadaan anda? Jika seorang hamba mengingat hal ini, rasa malunya akan menguat. Ia akan malu jika Allah mendengar atau melihat pada dirinya sesuatu yang Dia benci, atau mendapati sesuatu yang Dia murkai tersembunyi pada hatinya. Dengan demikian, perkataan, gerakan, dan pikirannya akan selalu ditimbang dengan timbangan syariat, dan tidak dibiarkan dikuasai hawa nafsu dan naluri biologis.

Ibnu Rajab berkata: "Takwa kepada Allah dalam ketersembunyaian adalah tanda kesempurnaan iman. Hal ini berpengaruh besar pada pujian untuk pelakunya yang Allah 'sematkan' pada hati kaum mukminin"

Sedang Abu ad-Darda' menasihati: "Hendaklah setiap orang takut dilaknat oleh hati kaum mukminin, sementara dia tidak merasa. Ia menyendiri dengan maksiat, maka Allah menimpakan kebencian kepadanya di hati orang-orang yang beriman"

Sulaiman at-Taimi berkata: "Sungguh seseorang melakukan dosa dalam ketersembunyiannya, maka iapun terjatuh ke dalam lubang kehinaan"



Ada juga yang mengatakan: "Sungguh, seorang hamba berbuat dosa yang hanya diketahui dirinya dan Allah saja. Lalu ia mendatangi saudara-saudaranya, dan mereka melihat bekas dosa itu pada dirinya. Ini termasuk tanda yang paling jelas akan keberadaan Rabb yang haq, yang membalas amalan –yang kecil sekalipun- di dunia sebelum akhirat. Tidak ada amalan yang hilang di sisi-Nya, dan tiada berguna tirai dan penutup dari kuasa-Nya. Orang berbahagia adalah orang yang memperbaiki hubungannya dengan Allah. Karena jika demikian, Allah akan memperbaiki hubungannya dengan orang lain. Dan barang siapa yang mengejar pujian manusia dengan mengorbankan murka Allah, maka orang yang awalnya memuji akan berbalik mencelanya"

Di antara hal paling ajaib mengenai hal ini adalah kisah yang diriwayatkan dari Abu Ja'far as-Saih: "Habib Abu Muhammad adalah seorang saudagar yang meminjamkan uang dengan bunga. Suatu hari, ia melewati sekumpulan anak kecil yang sedang bermain. Merekapun berbisik di antara mereka: 'Pemakan riba datang,' Habibpun menundukkan kepalanya dan berkata: 'Ya Rabb, Engkau telah sebarkan rahasiaku pada anak-anak kecil,' lalu ia pulang dan mengumpulkan seluruh hartanya. Ia berkata: 'Ya Rabb, aku laksana tawanan. Sungguh aku telah membeli diriku dari-Mu dengan harta ini, maka bebaskanlah aku'. Esok paginya, ia sedekahkan seluruh harta itu dan mulai menyibukkan diri dengan ibadah. Suatu hari ia melewati kumpulan anak kecil. Ketika melihatnya, mereka berseru di antara mereka: 'Diamlah! Habib si ahli ibadah datang,' Habibpun menangis dan berkata: "Ya Rabb, Engkau sekali mencela, sekali memuji, dan semua itu dari-Mu'."

Sufyan ats-Tsauri berpesan: "Jika engkau takut kepada Allah, Dia akan menjaga dirimu dari manusia. Tetapi jika engkau takut kepada manusia, mereka tidak akan bisa melindungimu dari Allah"

Ibnu 'Aun berpisah dengan seseorang, maka ia berwasiat: "Takutlah kepada Allah, karena orang yang takut kepada-Nya tidak akan merasa sendiri"

Sedangkan Zaid bin Aslam berkata: "Dulu dikatakan: Barang siapa takut kepada Allah, orang akan mencintainya, meskipun mereka (pernah) membencinya"

Sabtu, 26 Juni 2010

mati itu pasti, berjuang itu suatu keharusan

Apa yang mampu menahan...
Saat tanah menginginkan kita untuk kembali
Saat tubuh dan jiwa saling berpamitan tuk berpisah
Saat matahari lebih memilih tuk terbit di barat
Saat Allah menyatakan waktu kita telah habis

Manusia terlahir kedunia atas kehendak dari zat yang menciptakannya. Sebuah hasil pertarungan panjang sehingga benih yang ditabur dalam rahim seorang ibu dapat bersemi dan tumbuh menjadi janin, janin itu makin membesar dan akhirnya terlahir menjadi manusia yang sempurna, tak ada yang mampu menahan apa yang di kehendaki oleh Allah, tak ada juga yang mampu mendahului kehendakkNya. Ketika seorang manusia terlahir kedunia maka semuanya telah di atur oleh zat yang maha mengatur. Seperti apa rezki yang akan dia peroleh selama mengarungi kehidupannya, siapa yang akan menjadi teman sejatinya dalam suka maupun duka dan kapan kehidupannya akan berakhir maka itu semua sudah tercatat dalam catatan Allah dalam catatan yang rapi.
Tidak ada satupun yang terjadi dalam kehidupan ini karena kebetulan semata, apa-apa yang Allah ciptakan mengandung arti dan maksud masing-masing. Allah menciptakan langit dan bumi karena ada yang dikehendakiNya dan juga Allah mempergulirkan siang dan malam karena maksud tertentu, tak ada kesia-siaan atas ciptaan Allah. Hal itu ditegaskan Allah dengan jelas dalam firmanNya :
“ sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal” (Ali Imran : 190)
Demikian juga halnya dengan penciptaan seorang manusia, Allah menciptakan manusia, meletakkan manusia pada derajat seorang pemimpin dan memerintahkan manusia bersujud kepadaNya bukan karena sesuatu yang sia-sia akan tetapi ada maksud dan tujuan sendiri. Dalam firmannya Allah menjelaskan
“ Sesungguhnya setiap kamu adalah seorang pemimpin dan kelak akan diminta pertanggung jawaban atas apa-apa yang kamu pimpin”
Berangkat dari firman allah di atas, dimana Allah telah menjadikan kita pemimpin dimuka bumi ini, baik jadi pemimpin bagi diri sendiri ataupun pemimpin orang lain, setiap apa-apa yang kita pimpin akan dipertanggung jawabkan di sisi Allah.
Saudaraku…
Hari ini kita telah terlahir kedunia, sepakat atau tidak maka itu adalah sebuah kenyataan yang harus kita hadapi, tak ada protes atas keberadaan kita, apapun kondisinya kita tetap akan ada didunia ini dan kita telah digelari Allah dengan gelar Khalifah. Satu sikap yang harus kita bangun dan kita bina sampai Allah memanggil kita kembali adalah sikap Ridho dan ikhlas dalam menjalani kehidupan ini sembari terus mengumpulkan bekal untuk pulang kekampung yang sebenarnya.
Saudaraku…
Selama hidup di dunia kita di ibaratkan sebagai seorang perantau yang merantau untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya untuk dibawa pulang kekampung. Kita harus berjuang untuk menjadi perantau yang sukses, janganlah kita menjadi manusia yang terlena, terlena dengan kehidupan dunia sehingga lupa untuk mencari bekal yang akan kita bawa pulang kepada Allah. Ibadah, dakwah dan jihad adalah bagian dari mengumpulkan bekal untuk menghadap Allah. Pertanyaannya sekarang sudah sejauh apakah ibadah, dakwah dan jihad yang telah kita lakukan?
Saudaraku…
Sudahkah kiranya kita betul-betul melakukan jual beli dengan Allah?, seserius apakah kita mengejewantahkan kehendak-kehendak Allah dalam bentuk dakwah? Sudahkan kita betul-betul merasakan atmosfer jihad dalam hidup kita?. Hanya kita sendiri yang tau jawabannya.
Tak perlulah kiranya kita minta jawaban pada orang lain, kita yang merasakan sebanyak apa tabungan kita hari ini untuk diperlihatkan pada Allah kelak. Hanya kita yang tau apakah yang kita lakukan selama ini hanya sebuah kesia-siaan ataukah sesuatu hal yang diridhoi Allah.
Saudaraku…
Kita tidak punya banyak waktu untuk terus terlena, terpana dan terpukau dengan kemewahan dunia, kita tak punya banyak waktu untuk melakukan ibadah kepada Allah dan kita mempunyai banyak kewajiban yang harus kita selesaikan dari pada waktu yang kita punya. Maka dari itu mari kita sama-sama berjuang, berjihad dan berdakwah hanya karena Allah. Tak seorangpun yang tau apakah besok kita masih ada atau tidak dan tak seorangpun yang mampu menahan ketika Allah sudah menyatakan waktu kita telah habis.

sumber: ((http://adynux.blogspot.com/2009/01/mati-itu-pasti-berjuang-itu-keharusan.html))

Jumat, 25 Juni 2010

Siapa Yang Mampu?

Kala hati menangis,
Siapakah yang mampu mendengarnya,
Memujuknya,
Juga mengubatnya?

Ibu??
Rasa terlalu membebankan ibu,
Sudah sering aku mengadu,
Aku malu terus-terusan mengadu,
Walau riaknya,
Seolah-olah mereka dihargai,
Aku tahu..
Ibu sentiasa bersedia,
Mendengar setiap yang dibicarakan,
Mengeluarkan kalimah,
Yang menyejukkan..

Tapi maaf,
Aku tak mahu ibu turut bersedih,
Melihat dan mendengar luahan hatiku,

Ayah??
Raut wajah nya memilu kan hatiku,
Tak sanggup aku menambahkannya,
Tanggungjawab yang dipikulnya,
Sudah cukup menyatakan bebanannya,
Tegakah aku melihat ayah,
Terus terbeban?

Tidak!!
Walau aku tahu ayah ikhlas,
Cukuplah aku yang merasakan..

Sahabat??
Aku tahu engkau ikhlas mendengarnya,
Tapi engkau takkan faham,
Apa yang bermukim di hatiku,
Aku hargai keikhlasan mu,
Mendengar setiap yang kuluahkan,
Memberi semangat kala aku terjatuh,

Maafkan aku,
Walau engkau tak dapat mengerti sepenuhnya,
Aku tahu 1000 kali dihatimu terdetik,
"Andai aku dapat merasainya",
Aku sungguh bertuah,
Didampingi sahabat sepertimu,

Tapi aku akui,
Walau sederas mana air mataku jatuh,
Di hadapan mu,
Hatiku tetap menangis,
Tiada siapa yang mampu memujuknya,
Mahupun mengubatnya..



Hati..
siapakah yang mampu mengubatmu?

Walau aku membuat coretan,
Di atas 1000 helaian kertas sekalipun,
Mereka tetap tak dapat mengerti,
Mengapa aku tidak mahu berkongsi,
Membebaskan semuanya yang terbuku,

YA ALLAH..
KU MOHON PETUNJUK DAN HIDAYAHMU,
TUNJUKILAH HAMBA JALAN YANG ENGKAU REDHAI,
SESUNGGUHNYA ENGKAU MAHA MENGETAHUI,
SETIAP YANG TERDETIK DI HATI HAMBA,
KUPOHON KEAMPUNAN MU YA ALLAH,

Aku yakin hanya kepada ALLAH,
hatiku akan tenang dan bahagia.

http://www.iluvislam.com/v1/readarticle.php?article_id=2660

Selasa, 22 Juni 2010

zionisme

Tahukah anda bahwa kaum Yahudi sudah lama meninggalkan Taurat. Sekarang hampir seluruh penduduk Israel berpedoman kepada salah satu kitab buatan tangan para rabbi Sanhedrin (rabbi dari golongan garis keras/radikal) berjudul Talmud.
Kitab apakah ini?
Kitab bernama Talmud ini merupakan kitab suci kelompok Zionis-Yahudi di seluruh dunia. Seluruh tindak-tanduk Zionis-Israel mengacu pada ayat-ayat Talmudisme. Sebelum perang biasanya para rabbi-rabbi Yahudi membacakan beberapa ayat dari Talmud ini untuk dibacakan kepada para tentara.
Apakah saja isinya? Berikut sedikit terjemahan dari Talmud ke dalam bahasa Indonesia yang menyangkut pandangan Talmudian terhadap orang non-Yahudi (ghoyim).
“Hanya orang-orang Yahudi yang manusia, sedangkan orang-orang non Yahudi bukanlah manusia, melainkan binatang.” (Kerithuth 6b hal.78, Jebhammoth 61a)
“Orang-orang non-Yahudi diciptakan sebagai budak untuk melayani orang-orang Yahudi.” (Midrasch Talpioth 225)
“Angka kelahiran orang-orang non-Yahudi harus ditekan sekecil mungkin.” (Zohar II, 4b)
“Orang-orang non-Yahudi harus dijauhi, bahkan lebih daripada babi yang sakit.” (Orach Chaiim 57, 6a)
“Tuhan (Yahweh) tidak pernah marah kepada orang-orang Yahudi, melainkan hanya (marah) kepada orang-orang non-Yahudi.” (Talmud IV/8/4a)
“Di mana saja mereka (orang-orang Yahudi) datang, mereka akan menjadi pangeran raja-raja.” (Sanhedrin 104a)
“Terhadap seorang non Yahudi tidak menjadikan orang Yahudi berzina. Bisa terkena hukuman bagi orang Yahudi hanya bila berzina dengan Yahudi lainnya, yaitu isteri seorang Yahudi. Isteri non-Yahudi tidak termasuk.” (Talmud IV/4/52b)
“Tidak ada isteri bagi non-Yahudi, mereka sesungguhnya bukan isterinya.” (Talmud IV/4/81 dan 82ab)
“Orang-orang Yahudi harus selalu berusaha untuk menipudaya orang-orang non-Yahudi.” (Zohar I, 168a)
“Jika dua orang Yahudi menipu orang non-Yahudi, mereka harus membagi keuntungannya.” (Choschen Ham 183, 7)
“Tetaplah terus berjual beli dengan orang-orang non-Yahudi, jika mereka harus membayar uang untuk itu.” (Abhodah Zarah 2a T)
“Tanah orang non-Yahudi, kepunyaan orang Yahudi yang pertama kali menggunakannya.” (Babba Bathra 54b)
“Setiap orang Yahudi boleh menggunakan kebohongan dan sumpah palsu untuk membawa seorang non-Yahudi kepada kejatuhan.” (Babha Kama 113a)
“Kepemilikan orang non-Yahudi seperti padang pasir yang tidak dimiliki; dan semua orang (setiap Yahudi) yang merampasnya, berarti telah memilikinya.” (Talmud IV/3/54b)
“Orang Yahudi boleh mengeksploitasi kesalahan orang non-Yahudi dan menipunya.” (Talmud IV/1/113b)
“Orang Yahudi boleh mempraktekan riba terhadap orang non-Yahudi.” (Talmud IV/2/70b)
“Ketika Messiah (Raja Yahudi Terakhir atau Ratu Adil) datang, semuanya akan menjadi budak-budak orang-orang Yahudi.” (Erubin 43b)
Berikut ayat-ayat Talmud tentang hal-hal lainnya.
Beberapa Contoh Isi Ajaran Talmud
Erubin 2b, “Barangsiapa yang tidak taat kepada para rabbi mereka akan dihukum dengan cara dijerang di dalam kotoran manusia yang mendidih di neraka”.
Moed Kattan 17a, “Bilamana seorang Yahudi tergoda untuk melakukan sesuatu kejahatan, maka hendaklah ia pergi ke suatu kota dimana ia tidak dikenal orang, dan lakukanlah kejahatan itu disana”
Menganiaya seorang Yahudi Sama Dengan Menghujat Tuhan
Sanhedrin 58b, “Jika seorang kafir menganiaya seorang Yahudi, maka orang kafir itu harus dibunuh”.
Dibenarkan Menipu Orang yang Bukan-Yahudi
Sanhedrin 57a, “Seorang Yahudi tidak wajib membayar upah kepada orang kafir yang bekerja baginya”.
Orang Yahudi Mempunyai Kedudukan Hukum yang Lebih Tinggi
Baba Kamma 37b, “Jika lembu seorang Yahudi melukai lembu kepunyaan orang Kanaan, tidak perlu ada ganti rugi; tetapi ,jika lembu orang Kanaan sampai melukai lembu kepunyaan orang Yahudi maka orang itu harus membayar ganti rugi sepenuh-penuhnya”.
Orang Yahudi Boleh Mencuri Barang Milik Bukan-Yahudi
Baba Mezia 24a, “Jika seorang Yahudi menemukan barang hilang milik orang kafir, ia tidak wajib mengembalikan kepada pemiliknya”. (Ayat ini ditegaskan kembali di dalam Baba Kamma 113b),
Sanhedrin 57a, “Tuhan tidak akan mengampuni seorang Yahudi ‘yang mengawinkan anak-perempuannya kepada seorang tua, atau memungut menantu bagi anak-lakinya yang masih bayi, atau mengembalikan barang hilang milik orang Cuthea (kafir)’ …”.
Orang Yahudi Boleh Merampok atau Membunuh Orang Non-Yahudi

Sanhedrin 57a, “Jika seorang Yahudi membunuh seorang Cuthea (kafir), tidak ada hukuman mati, Apa yang sudah dicuri oleh seorang Yahudi boleh dimilikinya”.
Baba Kamma 37b, “Kaum kafir ada di luar perlindungan hukum, dan Tuhan membukakan uang mereka kepada Bani Israel”.
Orang Yahudi Boleh Berdusta kepada Orang Non-Yahudi
Baba Kamma 113a, “Orang Yahudi diperbolehkan berdusta untuk menipu orang kafir”.
Yang Bukan-Yahudi adalah Hewan di bawah Derajat Manusia
Yebamoth 98a, “Semua anak keturunan orang kafir tergolong sama dengan binatang”.
Abodah Zarah 36b, “Anak-perempuan orang kafir sama dengan ‘niddah’ (najis) sejak lahir”.
Abodah Zarah 22a – 22b, “Orang kafir lebih senang berhubungan seks dengan lembu”.
Ajaran Gila di dalam Talmud
Gittin 69a, “Untuk menyembuhkan tubuh ambil debu yang berada di bawah bayang-bayang jamban, dicampur dengan madu lalu dimakan“.
Shabbath 41a, “Hukum yang mengatur keperluan bagaimana kencing dengan cara yang suci telah ditentukan”.
Yebamoth 63a, ” … Adam telah bersetubuh dengan semua binatang ketika ia berada di Sorga”.
Yebamoth 63a, “…menjadi petani adalah pekerjaan yang paling hina “.
Sanhedrin 55b, “Seorang Yahudi boleh mengawini anak-perempuan berumur tiga tahun (persisnya, tiga tahun satu hari)”.
Sanhedrin 54b, “Seorang Yahudi diperbolehkan bersetubuh dengan anak-perempuan, asalkan saja anak itu berumur di bawah sembilan tahun”.
Kethuboth 11b, “Bilamana seorang dewasa bersetubuh dengan seorang anak perempuan, tidak ada dosanya”.
Yebamoth 59b, “Seorang perempuan yang telah bersetubuh dengan seekor binatang diperbolehkan menikah dengan pendeta Yahudi. Seorang perempuan Yahudi yang telah bersetubuh dengan jin juga diperbolehkan kawin dengan seorang pendeta Yahudi”.
Abodah Zarah 17a, “Buktikan bilamana ada pelacur seorangpun di muka bumi ini yang belum pernah disetubuhi oleh pendeta Talmud Eleazar”.
Hagigah 27a, “Nyatakan, bahwa tidak akan ada seorang rabbi pun yang akan mas uk neraka”.
Baba Mezia 59b, “Seorang rabbi telah mendebat Tuhan dan mengalahkan-Nya. Tuhan pun mengakui bahwa rabbi itu memenangkan debat tersebut”.
Gittin 70a, “Para rabbi mengajarkan, ‘Sekeluarnya seseorang dari jamban, maka ia tidak boleh bersetubuh sampai menunggu waktu yang sama dengan menempuh perjalanan sejauh setengah mil, konon iblis yang ada di jamban itu masih menyertainya selama waktu itu, kalau ia melakukannya juga (bersetubuh), maka anak-keturunannya akan terkena penyakit ayan”.
Gittin 69b, “Untuk menyembuhkan penyakit kelumpuhan campur kotoran seekor anjing berbulu putih dan campur dengan balsem; tetapi bila memungkinkan untuk menghindar dari penyakit itu, tidak perlu memakan kotoran anjing itu, karena hal itu akan membuat anggota tubuh menjadi lemas “.
Pesahim 11a, “Sungguh terlarang bagi anjing, perempuan, atau pohon kurma, berdiri di antara dua orang laki-laki. Karena musibah khusus akan datang jika seorang perempuan sedang haid atau duduk-duduk di perempatan jalan “.
Menahoth 43b-44a, “Seorang Yahudi diwajibkan membaca doa berikut ini setiap hari, ‘Aku bersyukur, ya Tuhanku, karena Engkau tidak menjadikan aku seorang kafir, seorang perempuan, atau seorang budak belian’ “.
Kaget? Jika melihat tindak-tanduk Zionis selama ini rasanya jadi terjawab semua alasan mereka melakukan semua hal biadab.
Waktu terjadi agresi Israel ke jalur Gaza tahun 2008, sudah bukan rahasia umum lagi berapa korban anak-anak dan wanita yang jadi dominasi korban jiwa. Apalagi bombardir yang dilakukan menggunakan bom fosfor yang jika terkena kulit dan daging akan meleleh hingga habis ke tulang.
Kalau anda buka berita kemarin tentang penyerbuan angkatan militer Israel terhadap Freedom Flotilla lebih dalam, terkuak bahwa militer Israel dengan keji dan sadis menggunakan peluru piercing (tajam) untuk melawan relawan yang tanpa senjata.
Di sisi lain, tidak semua penduduk Israel berpedoman pada Talmud, ada golongan-golongan underground yang terdiri dari Yahudi ortodoks yang masih memegang Taurat. Mereka menyebutnya ajaran Yudaisme. Salah satu yang terkenal adalah golongan Naturei Karta, yang secara tegas menolak ideologi Zionisme. Kelompok ini sering diberitakan melakukan demonstrasi menentang pemerintahan Zionis untuk mendukung perlawanan Palestina.
Kutipan ayat Talmud diambil dari eramuslim.com dan ebook Zionisme: Gerakan Menaklukan Dunia (Ebook bagus, wajib download dan baca!)

Senin, 21 Juni 2010

Pilihan 'yang Terbaik'

Setiap apa yang kita lakukan merupakan pilihan.
Karena hidup adalah pilihan.
Tapi sesuatu yang terbaik menurut kita,
belum tentu terbaik menurut Allah.

Banyak di antara kita mempunyai hajat sebagai contoh ingin menjadi kaya dan kita merasa itu adalah yang terbaik bagi kita. Setiap hari kita bekerja dan berusaha ke arah itu dengan harapan hajat menjadi kaya itu menjadi kenyataan. Kita melakukan berbagai cara untuk memotivasi diri kita ke arah itu. Kita juga melakukan ibadah seperti shalat malam, bersedekah dan sebagainya dengan harapan Allah mengabulkan hajat kita. Pernahkah kita berpikir, banyak doa dan munajat kita kepada Allah yang tidak dikabulkan? Akhirnya amalan ibadah kita menjadi kurang dari hari ke hari karena kita merasa penat melakukan ibadah tetapi hajat masih tak kunjung dikabulkan. Atau mungkin sudah dikabulkan tetapi ibadah kita semakin berkurang karena apa yang kita hajati sudah dikabulkan.

Mengapa begitu?
Di setiap hajat dan keinginan kita, pernahkah kita memohon kepada Allah dan bertanya kepada Allah, apakah yang kita inginkan itu merupakan yang terbaik untuk kita dan terbaik di sisi Allah? Apabila kita memilih untuk menjadi kaya atau sebagainya, apakah keinginan itu terbaik untuk kita dan terbaik di sisi Allah? Apakah ia cuma terbaik bagi kita tetapi sebenarnya tidak terbaik di sisi Allah. Jikalau itu tidak terbaik di sisi Allah, maka sudah pasti apabila kita menjadi kaya, kita akan melupakan Allah. Allah Maha Mengetahui apa yang berlaku di masa depan kita. Namun disebabkan itu adalah pilihan kita dan Allah mengizinkan, maka walaupun perkara itu tidak baik di sisi Allah, kita tetap dapat apa yang kita hajati tetapi malangnya ia bukanlah terbaik di sisi Allah.

Apabila kita kuat beribadah dan berdoa serta memohon kepada Allah dengan harapan hajat kita dikabulkan, maka ibadah kita hanya disebabkan hajat kita. Bukan karena cinta pada Allah. Kita bersusah payah dan bersungguh-sungguh melakukan ibadah tetapi malangnya semua itu bukanlah karena cinta pada Allah tetapi karena hajat kita semata. Oleh karenanya, sebelum kita melakukan sesuatu, memohonlah kepada Allah. Istikharahlah, apakah yang kita lakukan itu terbaik di sisi Allah atau tidak? Apakah segala hajat dan keinginan kita itu terbaik di sisi Allah? Jika tidak, kita mohon agar Allah menghilangkan rasa keinginan itu lalu kita tidak lagi memohonnya.

Memang benar, hidup adalah pilihan. Setiap apa yang kita lakukan merupakan pilihan. Sobat membaca mutiara ini merupakan satu pilihan, ingin dibaca hingga selesai atau tidak pun merupakan satu pilihan. Makan atau tidak, juga pilihan. Segalanya adalah pilihan. Tapi tidak ada siapapun –termasuk diri kita- yang mengetahui masa depan terbaik buat kita, melainkan hanya Allah. Mohonlah yang terbaik dari Allah. Dan setiap yang kita inginkan, pastikan juga terbaik di sisi Allah. Bagaimana cara untuk mengetahui apakah sesuatu itu terbaik di sisi Allah? Caranya adalah KOMUNIKASILAH SETIAP SAAT DENGAN ALLAH. Allah akan menguatkan gerak hati kita dan juga Allah akan memberi bisyarah, atau berupa petunjuk melalui bahasa alam, insyaAllah.

http://mutiarahati-info.blogspot.com/2010/06/pilihan-yang-terbaik.html

Selasa, 15 Juni 2010

Menanti di Raudhah

Angin bukit tinggi membelai lembut pipi Akid. Angin yang berpuput dari puncak bukit tinggi di sedut dalam-dalam hingga masuk penuh ke pangkal jantung. Dia bagaikan menahan angin itu dan merasa nikmatnya dan kemudian dia melepaskan kembali perlahan-lahan angin itu dengan nafasnya. Raudhah memejamkan matanya. “Dari Dia semua datang, dan kepadanya semua dikembalikan.”

“Ukhti, sudikah ukhti saya lamar menjadi pedamping hidup saya, menyempurnakan kekurangan saya, menjadi makmum untuk bakal jemaah saya?” Terngiang-ngiang soalan itu di benak kepalanya.

“Asif akhi, saya tidak dapat menerima lamaran akhi.”

“Kenapa?”

“Sudah ada yang datang melamar saya sebelum akhi datang melamar saya.”

“Dan ukhti menerimanya?"

Raudhah tersenyum namun lekas-lekas dia sembunyikan senyumnya.

“Itu satu lamaran yang tidak mungkin saya tolak akhi. Lamaran yang sudah lama saya menantikannya.”

“Siapa ukhti, siapa lelaki bertuah itu, kalau boleh saya tahu.”

“Untuk apa?”

“Untuk saya tahu, bagaimana dia bisa membuka pintu hati ukhti.”

“Dia tidak membuka pintu hati saya, akhi. Malah saya yang membuka hati saya menanti dan menerima lamaran itu.”

Terngiang-ngiang di benak Akid perbualannya dengan Raudhah semasa dia ingin melamarnya tiga bulan lepas. Tiap-tiap bait kata yang keluar daripada mulut Raudhah bermain di benaknya, tidak pernah gagal meleraikan butir-butir air mata Akid.

“Beruntung engkau ukhti kerana menerima lamarannya.”

Akid menangis semakin hebat. Dia malu kerana kebodohannya sendiri. Selendang ungu yang berbalut dilehernya tiba-tiba menutup separuh wajahnya. Akid menarik selendang itu dan dilepaskan daripada membalut batang lehernya. Dia teringat bagaimana dia mendapat selendang itu daripada Raudhah. Bukan dengan cara yang membanggakan atau seronok untuk dikenang.
#####

Malam itu, selepas dua bulan dari tempoh dia melamar Raudhah, Akid hilang separuh kesabaran dan kewarasan berfikir. Dia menunggu Raudhah di luar kawasan kediaman Puteri. Dirinya dikuasai amarah kerana tidak dapat menerima penolakan Raudhah dan Raudhah tidak pula memberitahu kepadanya siapa lelaki yang melamarnya terlebih dahulu.

“Raudhah, tunggu sebentar!”

Raudhah terkejut mendengar suara Akid di dalam kawasan kediaman Puteri. Dia menjadi bertambah malu bila kelakuan Akid memanggil dan menunggunya di kawasan itu dilihat oleh pelajar-pelajar lain. Raudhah cuba untuk mengelak daripada Akid.

“Raudhah, tunggu sebentar!!!”. Sekali lagi Akid memanggilnya. Lebih keras suaranya.

“Ada apa akhi?”

“Jelaskan pada saya, siapa lelaki yang melamar awak sebelum saya dan kenapa lamaran saya di tolak?”

“Asif akhi, saya tak dapat jelaskan pada akhi siapa yang melamar saya dan kenapa saya tidak dapat menerima lamaran akhi. Dengan cara akhi sebegini, lagi membuatkan saya yakin, akhi tidak akan dapat menerima jawapan saya. Asif akhi, saya tak boleh berlama-lama di sini. Begitu juga akhi, sini kediaman Puteri. Akhi sepatutnya jelas tentang itu. Assalamu'alaikum akhi.”

“Raudhah, tunggu!”

Raudhah berjalan meninggalkan Akid. Dia ingin lekas segera beredar dari situ. Akan tetapi Akid masih berdegil dan tidak berpuas hati dengan jawapan Raudhah. Akid cuba melarang Raudhah beredar sebelum dia mendapat jawapannya. Akid secara tidak sengaja menarik bahu Raudhah dan selendang yang dipakai Raudhah tercabut dan berada di dalam genggaman Akid.

Raudhah jadi bertambah malu kerana kelakuan Akid. Secara tidak sengaja dia menampar pipi Akid.

“Asif akhi, saya tidak sengaja…"

“Tak…tak mengapa Raudhah, saya yang bersalah.”

“Akhi, saya lebih tenang mendengar akhi memanggil saya ‘ukhti’ daripada memanggil nama saya.”

Akid terdiam. Selendang Raudhah masih di tangannya.

“Akhi, baiklah. Jika akhi mahu tahu siapa yang melamar saya. Jika itu jawapan yang akan membuatkan akhi beransur dari sini. Saya akan beritahu akhi. Datanglah ke kawasan kediaman Puteri ini tepat malam sabtu selepas azan pertama solat Isya’ tiga hari dari sekarang. Nanti akhi akan tahu siapa yang melamar saya dan kenapa saya menerima dan tidak dapat menolak lamarannya. Sebelum hari itu, akhi janganlah datang ke sini atau bertanya apatah lagi berfikir tentang saya. Selendang itu, akhi simpanlah sebagai hadiah daripada saya, Assalamua'laikum, jaga diri jaga iman ya akhi…”. Raudhah beredar dari situ.

Akid masih terpana di kawasan kediaman Puteri dengan selendang Raudhah di tangannya dan bekas tamparan Raudhah di pipinya.
#####

Tepat tiga hari selepas masa yang diberitahu Raudhah kepadanya, dia datang ke kawasan kediaman Puteri. Namun Akid datang sebelum Isya kerana dia begitu penasaran untuk melihat siapa yang telah berjaya membuka pintu hati Raudhah.

“Assalamualaikum.”

Akid tersedar dari lamunannya selepas mendengar orang memberi salam. Dia lekas menjawab dan melihat seorang lelaki sebayanya berdiri tidak jauh darinya.

“Tunggu apa akhi di sini, bukankah sini kawasan kediaman Puteri?”. Lelaki itu bertanya kepadanya.

“Akhi tanyakan saya, tapi akhi sendiri buat apa di sini?”

“Saya ada sedikit urusan di sini selepas isya' nanti, jadi sebab itu saya ke sini.”

“Oh? Urusan dengan penghuni asrama ini ke?”

“Lebih kurang, begitulah. Akhi masih belum menjawab pertanyaan saya, apa yang akhi buat di sini?”

“Saya menunggu seorang penghuni asrama ini. Saya datang kerana hendak tahu siapa yang melamarnya sebelum saya dan kenapa dia menerima lamaran itu.”

“Oh, begitu ya. Mungkin akhi ini orang yang dimaksudkan seorang penghuni di sini kepada saya.”

“Maksud akhi?”

“Tadi semasa saya baru tiba di sini, ada seorang penghuni asrama ini mengirimkan sesuatu kepada saya. Katanya akan ada seorang lelaki menunggunya di sini dan dia meminta saya menyerahkan ini kepada lelaki itu.” Lelaki itu menghulurkan sepucuk surat kepada Akid.

“Asif akhi, saya perlu beredar kerana urusan saya hampir tiba masanya, InsyaAllah nanti pasti kita akan berjumpa lagi. Assalamu'alaikum akhi, jaga diri jaga iman." Lelaki itu beredar sebelum sempat Akid menjawab salamnya.

Akid membuka surat itu dan membacanya perlahan-lahan.


Dengan nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyanyang,

Assalamu'alaikum akhi Akid, apa khabar akhi? Moga terpelihara kesihatan dan iman hendaknya. Saat akhi membaca surat ini, saya berkemungkinan sedang mempersiapkan diri saya untuk persiapan terakhir sebelum datang menerima lamaran yang saya nantikan. Akhi tak perlu risau kerana tak lama daripada akhi membaca surat ini, akhi akan tahu siapa yang melamar saya dan kenapa saya tak menolak lamarannya.

Akhi, saya ingin sampaikan beberapa pesanan kepada akhi sebelum saya tidak lagi boleh berpesan kepada akhi kerana terikat dengan lamaran saya kerana setelah saya menerima lamaran itu, tak mungkin saya akan dapat berhubung dengan akhi.

Pertama-tamanya, saya ingin berpesan kepada akhi, satu rahsia mengenai kebahagiaan. Saya faham mungkin tindakan akhi kepada saya beberapa malam sebelum ini kerana akhi tidak dapat menerima penolakan saya dan hati akhi tidak tenteram dan bahagia. Jadi saya ingin kongsikan kepada akhi apa itu kunci kebahagiaan. Kunci yang akan dapat membuatkan akhi mendapat kebahagian ialah tidak lain dan tidak bukan dengan menerima dengan percaya dengan sepenuh kepercayaan akan Qada Qadar. Tak boleh tak. Jika akhi menolaknya, maka akhi menolak satu daripada rukun keimanan dan rukun iman memang kita mesti menerima kesemuanya bukan sebahagian sahaja daripadanya.

Kedua, jika akhi kasihkan kepada seseorang, kasihkanlah dia kerana Allah, kerana dengan mengasihi seseorang kerana Allah akan dapat membuatkan akhi selesa di sana dan berkumpul dengan orang-orang yang berkasih kerana-Nya dan mendapat terus Rahmat secara langsung dari-Nya di sana kelak.

Ketiga, apa–apa pun yang akhi cakap, fikir, rasa, dan lakukan, ingatlah supaya semuanya berasas kerana dan untuk-Nya semata-mata tidak boleh kerana selain-Nya, kerana perbuatan seperti itu akan mengelakkan akhi daripada menyekutukan-Nya. Apa akhi mahu menyekutukan-Nya? Tentulah tidak bukan.

Dan terakhir, saya ingin akhi tahu, sejujurya saya amat senang dan berbahagia kerana akhi melamar saya dan akhi tidak terlewat melamar saya, malah, akhi lah orang yang pertama melamar saya dan saya sangat senang untuk menerimanya. Cuma lamaran yang saya terima ini, tidak memungkinkan saya untuk menerima lamaran akhi.

Asif akhi, saya tak punya banyak masa lagi untuk menulis. Saya teramat perlu untuk mempersiapkan diri saya. Akhi, jika kasihkan saya, kasihkanlah saya kerana Allah. Maka insyaAllah dengan rahmat-Nya kita akan berjumpa semula di sana akhi.

Assalamu'alaikum dan terima kasih kerana lamaran akhi, jika tidak kerana lamaran yang saya tunggu ini, tentu sekali saya akan menjawab ‘ya’ pada lamaran akhi.

Akid tersedar dari membaca surat bila azan isya' berkumandang. Dia cepat-cepat melipatkan surat itu dan menyimpankannya di dalam poket bajunya dan berlekas-lekas untuk bersolat. Seusai azan siap berkumandang, terdengar jeritan dari kediaman Puteri. Akid tiba-tiba berasa tidak enak. Dia hendak ke sana, tetapi kerana itu adalah kawasan larangan untuk lelaki, Akid membatalkan hasratnya. Dia menanti sahaja di luar dengan hati yang berdebar-debar. Tidak lama selepas itu, Akid melihat beberapa orang ustaz dan ustazah bergesa-gesa ke kediaman Puteri. Akid sempat menahan seorang ustaz yang seusia dengannya.

“Asif akhi, kenapa akhi dan semua orang bergegas ke kediaman Puteri?”

“Ada seorang penghuni jatuh rebah selepas usai mengangkat wuduk.”

“Jatuh rebah?”

“Meninggal dunia akhi, ada seorang pelajar meninggal dunia selepas mengangkat wuduk, Raudhah namanya. Asif, saya perlu segera ke sana, Assalamu'alaikum akhi.”

Jantung AKid tiba-tiba bagai terputus dari tangkainya. Kakinya lemah. Dia terduduk.

“Satu dari kunci kebahagiaan ialah menerima Qada Qadar…”.

Akid memegang dadanya.

“Jika kasihkan seseorang, kasihkannya kerana Allah…”

Akid merasakan dadanya bagai dihiris-hiris mata pisau.

“Sejujurnya saya amat senang dan berbahagia kerana akhi melamar saya…"

Akid merasakan matanya bergenang.

“Akhi, jika kasihkan saya, kasihkanlah saya kerana Allah. Maka insyaAllah dengan rahmat-Nya kita akan berjumpa semula di sana akhi…”

Akid meraup wajahnya. Matanya bergenang hebat. Dadanya lumat dihiris-hiris.

“Raudhah. Namanya Raudhah. Dia meninggal dunia selepas mengangkat wuduk.”

Akid menangis semahu-mahunya. Surat di dalam poketnya dikeluarkan dan digenggam erat-erat. Selendang ungu yang dibawa dengan hasrat untuk dipulangkan ditekup di wajahnya. Akid menangis semahu-mahunya….
#####

Akid tersedar daripada lamunannya. Dia melihat selendang ungu di tangannya. Dia menghirup angin bukit tinggi dalam-dalam dan dilepaskannya kembali.

“Daripada Dia kita datang, kepada Dia kita kembali. Raudhah, terima kasih kerana mengajarku erti cinta sebenar-benarnya…"

Terima kasih untuk semuanya Raudhah. Terima kasih atas segalanya Allah.

Dosa-dosa Membuka Aurat [ M Sahrul Murajjab Lc ]

Sesuai dengan fitrahnya, manusia merasa lebih nyaman untuk menyimpan rahasia atau privasinya dari jangkauan orang lain. Akan tetapi, seiring perkembangan zaman dan teknologi, banyak orang yang berubah 'pikiran' menjadi lebih senang membuka rahasia agar diketahui orang lain.

Dalam Islam, wilayah privat sangat dilindungi. Dan, setiap Muslim diwajibkan untuk menjaga, menutupi, dan menyimpan jenis-jenis privasi tertentu yang biasa diistilahkan dengan aurat. Selain yang berupa privasi fisik (anggota tubuh), yakni seluruh apa berada di antara lutut dan pusar (bagi laki-laki) dan seluruh anggota badan kecuali muka dan telapak tangan (bagi perempuan), aurat juga mencakup privasi-privasi yang bersifat nonfisik. Apa yang dilakukan oleh seseorang ketika melakukan hubungan suami istri adalah termasuk di antara wilayah privat yang dilarang untuk dibuka dan disiarkan kepada orang lain.

Asma' binti Yazid menceritakan bahwa pada suatu ketika ia berada di majelis Rasulullah SAW, sementara kaum laki-laki dan perempuan duduk bersama. Rasulullah bersabda, "Barangkali seorang laki-laki menceritakan hubungan intim yang dilakukannya bersama istrinya? Barangkali seorang perempuan menceritakan hubungan intim yang dilakukannya bersama suaminya?" Para Sahabat yang berada di tempat tersebut terdiam. Akupun (Asma--Red) berkata, "Demi Allah, benar wahai Rasulullah! Sesungguhnya kaum perempuan melakukan hal itu demikian juga laki-laki!" Maka Rasulullah SAW bersabda, "Jangan lakukan, sesungguhnya hal itu seperti setan laki-laki yang bertemu dengan setan perempuan di jalan, lalu keduanya bersetubuh sementara orang-orang melihatnya." (HR Ahmad, hasan lighairihi).

Rahasia yang termasuk aurat dan harus ditutupi adalah aib atau perbuatan dosa yang pernah dilakukan oleh seseorang. Kewajiban menutupinya merupakan tanggung jawab bersama, baik pihak yang melakukannya maupun orang lain yang mengetahui perbuatan tersebut.



Rasulullah SAW bersabda, "Seluruh umatku akan diampuni dosa-dosanya kecuali orang-orang yang terang-terangan (berbuat dosa). Di antara orang-orang yang terang-terangan berbuat dosa adalah seseorang yang pada waktu malam berbuat dosa, kemudian di waktu pagi ia menceritakan kepada manusia dosa yang dia lakukan semalam, padahal Allah telah menutupi aibnya. (HR Al-Bukhari dan Muslim). Wallahu a'lam.

Sabtu, 12 Juni 2010

Pangeran Charles: Prinsip Spiritual Islam Selamatkan Dunia

LONDON (voa-islam.com): Putera Mahkota Kerajaan Inggris Pangeran Charles mengakui, mengikuti prinsip-prinsip spiritual Islam akan dapat menyelamatkan dunia.

Hal itu disampaikan Pangeran Charles dalam pidatonya yang bertema "Islam and the Environment" di gedung Sheldonian Teater, Universitas Oxford, Oxford, Inggris, demikian dilaporkan harian terkemuka Inggris Daily Mail, Kamis.

Untuk itu ia mendesak dunia untuk mengikuti prinsip-prinsip spiritual Islam untuk melindungi lingkungan.

Dalam ceramahnya selama satu jam di hadapan para sarjana studi Islam di Oxford, Pangeran Charles berargumen bahwa kehancuran manusia dunia terutama bertentangan dengan Islam.

Menurut ayah Pangeran William dan Harry, arus `pembagian` antara manusia dan alam ini disebabkan bukan hanya oleh industrialisasi tetapi juga oleh sikap kita terhadap lingkungan - yang bertentangan dengan butir-butir "tradisi suci".

Pangeran itu yang menganut agama Kristen yang akan menjadi kepala Gereja Inggris bila naik tahta menjadi Raja Inggris berbicara secara mendalam mengenai Alquran yang dipelajarinya menurut pemahamannya sendiri.

Charles mengatakan bahwa "tidak ada pemisahan antara manusia dan alam" dan mengatakan "kita harus selalu hidup dalam lingkungan yang terbatas."

Ia berbicara kepada para sarjana di Pusat Studi Islam Oxford dalam rangka dan mencoba untuk mendorong pemahaman yang lebih baik dari budaya dan peradaban agama.

Dalam pidato menandai ulang tahun ke-25 Pusat Studi Islam Oxford, tempat ia menjadi pelindungnya, Charles mengajak untuk memahami agama dengan mata pelajaran favorit lain seperti lingkungan.

"Islam selalu mengajarkan keseimbangan dan bila kita mengabaikannya sangat bertentangan dengan penciptaan," demikian Pangeran Charles.

Dalam acara di Oxford ini, pada hari Jum'at nya diadakan sholat Jum'at dengan imam seorang wanita bernama Raheel Raza. Hal ini menimbulkan kontroversi besar, persis seperti yang pernah dilakukan tokoh liberal wanita yang juga nyeleneh dari Amerika yakni Aminah Wadud. Wadud melakukan hal serupa, mengimami sholat berjamaah dengan jamaah laki-laki dan perempuan yang bercampur dalam shof sholatnya.

[za/an]

Apabila Zina Sudah Merajalela, Adzab Allah Akan Menimpa

Bumi Indonesia makin subur dengan aksi mesum. Pasca beredarnya video seks mirip Ariel "Peterpan" dengan artis Luna Maya, lalu disusul dengan hadirnya video serupa dengan lakon pria yang masih mirip Ariel "Peterpan" dengan Cut Tari menjadikan Indonesia lebih dikenal dunia. Bukan dikenal dengan luhurnya akhlak dan tinginya budi pekerti, tapi dikenal dengan aksi mesum anak bangsanya. Bahkan kepopularan Indonesia sebagai negara korup, dalam beberapa hari ini tergerus dengan sematan baru sebagai negara mesum. Kita juga tidak tahu, lebih baik mana sematan negara korup apa negara mesum?

Beredarnya video porno tersebut seolah mengirim pesan untuk kita, sudah sedemikian bejatnya moral anak bangsa. Nilai-nilai moral dan agama terpinggirkan. Nafsu syahwat dipertuhankan. Kehidupan layaknya binatang menjadi kegemaran. Dan kerusakan ini semakin menjadi karena media ikut mempublikasikannya. Berita esek-esek memang menjadi idola manusia negeri ini, banyak penggemarnya. Sehingga tepat kalau media menjadikannya sebagai komoditi untuk meningkatkan rating dan oplah, karena umumnya media massa kita hanya berpikir dari sisi pragmatisme bisnis semata.

Pemberitaan media yang massif menyebabkan banyak kalangan, terutama remaja semakin tergoda untuk mengoleksi video tersebut. Akibatnya, semakin banyaklah orang ikut menyaksikan tontonan haram itu. Tentu dikhawatirkan, perilaku serupa makin merajalela.

Dalam Islam aib seseorang harus ditutupi. Terlebih jika aib itu bisa menyebabkan orang semakin berdosa dan menambah kerusakan, tentu kewajiban untuk menutupinya jauh lebih ditekankan. Tapi, inilah kehidupan yang jauh dari norma Islam, mengumbar aib menjadi kegemaran sebagimana kegemaran mengumbar aurat.

Zina dalam pandangan Islam

Sesungguhnya zina dalam Islam adalah perbuatan yang haram dan hina. Bahkan, seburuk-buruk orang Islam pun pasti tahu haramnya zina. Namun, ternyata perbuatan zina dan perantara-perantaranya begitu bebasnya di negeri kita. Inilah zaman yang kejahatan zina tersebar di mana-mana dan terlihat sebagai sesuatu yang biasa.

Sering kita dengar seorang gadis yang hamil di luar nikah. Kita akan melihat ayah dan ibunya sangat bingung dan malu. Namun, ketika ada seseorang yang siap menikahinya maka hilanglah kesedihan dan rasa malu. Bahkan tidak sedikit yang memeriahkan pesta pernikahan anaknya yang sudah mulai terlihat besar perutnya. Hal ini menunjukkan bahwa kebingungan dan rasa malu mereka bukan karena anak gadisnya melakukan zina, tapi karena anaknya hamil dan belum ada yang siap menjadi ayahnya. Na'udzu billah min dzalik.

Tersebarnya zina terdukung oleh faktor pemicunya yang tersebar bebas di masyarakat seperti majalah dan film parno, televisi dengan tayangan yang vulgar, sinetron umbar aurat, film layar lebar yang sering dengan bumbu aksi mesum, dan pertunjukan pornoaksi dalam bungkus hiburan musik, dan media-media lainnya.

Tersebarnya zina dengan seperangkat sarana-sarana pendukungnya merupakan isyarat bahwa hancurnya dunia ini memang semakin dekat, tinggal menunggu waktu. Karenanya negeri ini harus segera bertaubat, jika tidak, ditakutkan adzab Allah akan segera datang.

Sesungguhnya sunnah Allah berlaku pada makhluk-Nya, di mana jika perzinaan merajalela, maka Allah murka kepada mereka. Jika kemurkaan Allah terus berlangsung, maka Dia akan menurunkan adzab-Nya ke bumi. Abdullah bin Mas’ud, berkata, "Tidaklah muncul perzinaan di sebuah negeri, kecuali Allah mengumumkan kehancurannya."

Jika perzinaan merajalela, maka Allah murka kepada mereka. Jika kemurkaan Allah terus berlangsung, maka Dia akan menurunkan adzab-Nya ke bumi.

Dalam hadist Aisyah radliyallahu 'anha, ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkhutbah pada shalat gerhana matahari beliau bersabda:

مَا مِنْ أَحَدٍ أَغْيَرُ مِنْ اللَّهِ أَنْ يَزْنِيَ عَبْدُهُ أَوْ تَزْنِيَ أَمَتُهُ يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ وَاللَّهِ لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلًا وَلبَكَيْتُمْ كَثِيرًا

"Wahai umat Muhammad, tidak ada yang lebih tersinggung (ghirah) melebihi Allah ketika seorang hamba laki-laki dan perempuan berzina. Hai umat Muhammad seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui apa yang aku ketahui niscaya kalian akan banyak menangis dan sedikit tertawa.”

Kemudian, Rasulullah mengangkat kedua tangannya dan berkata, “Ya Allah, apakah hal ini sudah aku sampaikan?.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ada rahasia yang penting dibalik penyebutan dosa besar zina pada saat shalat kusuf (shalat gerhana). Yaitu maraknya perzinaan adalah tanda-tanda hancurnya dunia dan hari kiamat, dan gerhana adalah satu satu bentuk tanda kiamat.

Maraknya perzinaan adalah tanda-tanda hancurnya dunia dan hari kiamat, dan gerhana adalah satu satu bentuk tanda kiamat.

Zina dianggap Halal

Pada akhir zaman banyak orang tidak malu-malu lagi melakukan zina. Zina tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang hina dan memalukan. Hal ini dikarenakan banyaknya tontonan zina dan banyaknya orang yang berzina. Sehingga ketika seorang laki-laki ketahuan berzina terasa tidak ada beban asal bertanggungjawab mau menikahi wanita zinanya. Wal 'iyadl billah!

Diriwayatkan dalam Shahih Bukhari, Abu Malik al Asy'ari bahwa dia mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِي أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ الْحِرَ وَالْحَرِيرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ

"Sungguh ada dari umatku beberapa kaum yang menghalalkan (menganggap halal perzinahan, sutera, minuman keras, dan musik-musik." (HR. Bukhari)

Makna yastahilluuna (menghalalkan), menurut Ibnul 'Arabi adalah mereka meyakininya sebagai sesuatu yang halal, sehingga mereka terus-menerus melakukannya tanpa beban, seolah-olah menikmati sesuatu yang halal. (Disarikan dari ucapan Ibnul 'arabi dari Fathul Baari: 16/61 dari Maktabah Syamilah)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Demi Allah yang diriku di tangan-Nya, tidaklah akan binasa umat ini sehingga orang-orang lelaki menerkam wanita di tengah jalan (dan menyetubuhinya) dan di antara mereka yang terbaik pada waktu itu berkata, "alangkah baiknya kalau saya sembunyikan wanita ini di balik dinding ini." (HR. Abu Ya'la. Al Haitsami berkata, "perawi-perawinya shahih." Lihat Majmu' Zawaid: 7/331)

Dan pada akhri zaman, setelah lenyapnya kaum muslimin, tinggallah orang yang jelek yang seenaknya saja melakukan persetubuhan seperti keledai. Diriwayatkan dari al-Nawwas radliyallahu 'anhu:

وَيَبْقَى شِرَارُ النَّاسِ يَتَهَارَجُونَ فِيهَا تَهَارُجَ الْحُمُرِ فَعَلَيْهِمْ تَقُومُ السَّاعَةُ

"Dan ingatlah manusia-manusia yang buruk yang seenaknya saja melakukan persetubuhan seperti keledai. Maka pada zaman mereka inilah kiamat akan datang." (HR. Muslim)

Gambaran semacam ini sudah nampak di negeri kita, sebagaimana yang dilakukan para pelacur yang menjajakan dirinya di pinggir-pinggir jalan, di beberapa tempat keramaian atau taman kota, dan juga yang terjadi di pinggir-pinggir pantai, tempat wisata. Tapi, jika dibandingkan di Barat mungkin belum lah separah di sana. Namun, tidak menutup kemungkinan yang di Barat pun akan terjadi di sini, sebagaimana fenomena akhir-akhir ini terjadi, sebagian orang sudah berani merekam perbuatan bejatnya bersama wanita zinanya. Maka mungkin saja, zina di jalan-jalan dapat terjadi.

Dari Abdullah bin Umar radliyallah 'anhuma, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Kiamat tidak akan terjadi sampai orang-orang bersetubuh di jalan-jalan seperti layaknya keledai.” Aku (Ibnu ‘Umar) berkata, “Apa betul ini terjadi?”. Beliau lantas menjawab, “Iya, ini sungguh akan terjadi.”

Fenomena zina di akhri zaman, boleh jadi lebih para daripada yang terjadi pada zaman jahiliyah. Orang-orang jahiliyah memandang buruk perzinahan yang dilakukan secara terang-terang. Berbeda dengan pandangan umum masyarakat modern, zina dianggap sebagai sebuah kebebasan yang diagungkan. Bahkan, orang yang melarang zina dianggap melanggar HAM.

Ibnu Abbas radliyallah 'anhuma berkata: "Mereka pada masa jahiliyah memandang zina yang lakukan dengan sembunyi-sembunyi tidaklah mengapa. Namun, mereka memandang buruk zina yang dilakukan dengan terang-terangan. Lalu Allah mengharamkan zina yang dilakukan dengan sembunyi-sembunyi dan terang-terangan." (Dinukil dari Fathul Baari)

Semoga mereka yang sudah terjerumus ke dalam kubangan haram segera kembali ke jalan yang benar. Meninggalkan segala bentuk keharaman dan mencari yang halal. Dan semoga Allah meneguhkan keimanan umat ini dari berbagai fitnah zaman yang menghawatirkan. Ya Allah, Tunjuki kami kepada kebenaran dan berilah kekuatan untuk mengikutinya. Dan palingkan kami dari kebatilan dan anugerahkan kami kekuatan untuk menjauhinya. Amin Ya Mujiibbas Sailiin. (PurWD/voa-islam.com)

Oleh: Badrul Tamam

Rabu, 09 Juni 2010

wajah buruk yahudi

Penulis : Al-Ustadz Abulfaruq Ayip Syafruddin

Potret Yahudi, di mata umat Islam, memang demikian kelam. Sejak jaman baheula (dahulu) hingga kini, kejahatan dan keculasannya teramat sulit untuk dilupakan. Saking banyaknya, bisa jadi daftar riwayat kekejiannya bakal memenuhi lemari sejarah.

Orang-orang Yahudi memandang bahwa mereka adalah umat pilihan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka merasa diistimewakan dan dilebihkan atas seluruh umat pada zamannya, yaitu semasa Nabi Musa ‘alaihissalam.

Disebutkan oleh Abul Fida` Ismail Ibnu Katsir rahimahullahu dalam Tafsir-nya, bahwa dilebihkannya mereka atas umat-umat yang lalu pada masanya, yaitu dengan dikaruniai keutamaan diutusnya para rasul Allah Subhanahu wa Ta’ala dari kalangan mereka, diturunkan kitab-kitab suci kepada mereka, dan diberinya mereka kerajaan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman berkenaan dengan keutamaan yang telah diberikan kepada mereka:

يَا بَنِي إِسْرَائِيْلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَنِّي فَضَّلْتُكُمْ عَلَى الْعَالَمِيْنَ

“Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah pula) bahwasanya Aku telah melebihkan kamu atas segala umat.” (Al-Baqarah: 47)

Kata al-yahudu (الْيَهُودُ), menurut Ibnu Manzhur dalam Lisanul ‘Arab, secara etimologi berasal dari kata hadu (هَادُوا) yang bermakna mereka telah bertaubat. Sepadan dengan itu, Ibnu Katsir rahimahullahu dalam Tafsir-nya mengungkapkan pula bahwa al-yahud adalah para pengikut Musa ‘alaihissalam. Mereka adalah orang-orang yang berhukum pada Taurat di zamannya. Kata al-yahud itu sendiri adalah at-tahawwudu (التَّهَوُّدُ) yang memiliki makna at-taubah. Sebagaimana Musa ‘alaihissalam berkata:

إِنَّا هُدْنَا إِلَيْكَ

“Sungguh kami telah bertaubat kepada-Mu.” (Al-A’raf: 156)
Maka, penamaan mereka dengan al-yahud lantaran sikap taubat mereka. Adapun secara nasab, mereka digariskan kepada anak keturunan Ya’qub ‘alaihissalam.

Al-Qur`an sendiri banyak membongkar keculasan watak Yahudi. Walau mereka telah mendapatkan keutamaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Namun karunia tersebut tidak disyukuri sebagaimana mestinya. Bahkan mereka menunjukkan sikap pembangkangan, arogan, dan durhaka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Mereka semestinya mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala namun justru menjadikan ‘Uzair sebagai anak Allah Subhanahu wa Ta’ala. Lihatlah, bagaimana mereka berpaling dari apa yang mereka janjikan untuk bertauhid. Allah Subhanahu wa Ta’ala membuka kedok watak mereka yang sebenarnya:

وَإِذْ أَخَذْنَا مِيْثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيْلَ لاَ تَعْبُدُوْنَ إِلاَّ اللهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِيْنِ وَقُوْلُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا وَأَقِيْمُوا الصَّلاَةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ إِلاَّ قَلِيْلاً مِنْكُمْ وَأَنْتُمْ مُعْرِضُوْنَ

“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kalian menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat, dan tunaikanlah zakat. Lantas kalian tidak memenuhi janji itu, kecuali sebagian kecil dari kalian, dan kalian selalu berpaling.” (Al-Baqarah: 83)

Kemudian, nyata sekali kebatilan agama Yahudi setelah mereka menjadikan ‘Uzair sebagai anak Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana orang-orang Nasrani menjadikan Al-Masih sebagai anak Allah Subhanahu wa Ta’ala. Firman-Nya:

وَقَالَتِ الْيَهُوْدُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللهِ ذَلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِئُوْنَ قَوْلَ الَّذِيْنَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللهُ أَنَّى يُؤْفَكُوْنَ

“Orang-orang Yahudi berkata: ‘Uzair itu putera Allah’. Dan orang-orang Nasrani berkata: ‘Al-Masih putera Allah’. Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka. Mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah-lah mereka, bagaimana mereka bisa berpaling.” (At-Taubah: 30)

Tak cuma itu. Mereka pun melakukan penyimpangan tauhid dengan menjadikan para ulama (al-ahbar) dan orang-orang ahli ibadah (ar-ruhban) sebagai sesembahan selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.

اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُوْنِ اللهِ وَالْمَسِيْحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُوْنَ

“Mereka menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (mereka juga mempertuhankan) Al-Masih putera Maryam, padahal mereka hanya diperintah menyembah Ilah yang Esa, tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia. Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (At-Taubah: 31)

Menjelaskan ayat di atas, Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan menyatakan, bahwa para alim dan ahli ibadah tersebut merupakan kalangan Yahudi dan Nashara. Yahudi dan Nashara telah menjadikan para ulama dan orang-orang ahli ibadah dari kalangan mereka sebagai tuhan (sesembahan) selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. (I’anatul Mustafid bi Syarhi Kitabit Tauhid, hal. 120)

Termasuk yang menyebabkan mereka menjadi musuh Islam, adalah sikap Yahudi yang gemar mengubah ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seperti disebutkan Ibnu Katsir rahimahullahu saat memberi penafsiran terhadap ayat:

وَمِنَ الَّذِيْنَ هَادُوا سَمَّاعُوْنَ لِلْكَذِبِ سَمَّاعُوْنَ لِقَوْمٍ آخَرِيْنَ لَمْ يَأْتُوْكَ يُحَرِّفُوْنَ الْكَلِمَ مِنْ بَعْدِ مَوَاضِعِهِ

“Dan di antara orang-orang Yahudi amat suka mendengar (perkataan/berita-berita) bohong dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum datang kepadamu. Mereka mengubah-ubah perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya…” (Al-Ma`idah: 41)

Maka kata Ibnu Katsir rahimahullahu, bahwa yang dimaksud orang-orang Yahudi adalah mereka yang merupakan musuh-musuh Islam dan pemeluknya secara menyeluruh. Mereka mengubah-ubah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menafsirkannya dengan tafsir yang bukan sebagaimana dimaksudkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sisi lain, kaum Yahudi pun melakukan penolakan terhadap Al-Qur`an. Ketika mereka diperintahkan untuk beriman kepada Al-Qur`an, mereka melakukan tindak pembangkangan dan arogansi secara menantang. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَإِذَا قِيْلَ لَهُمْ آمِنُوا بِمَا أَنْزَلَ اللهُ قَالُوا نُؤْمِنُ بِمَا أُنْزِلَ عَلَيْنَا وَيَكْفُرُوْنَ بِمَا وَرَاءَهُ وَهُوَ الْحَقُّ مُصَدِّقًا لِمَا مَعَهُمْ قُلْ فَلِمَ تَقْتُلُوْنَ أَنْبِيَاءَ اللهِ مِنْ قَبْلُ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِيْنَ

“Dan apabila dikatakan kepada mereka: ‘Berimanlah kepada Al-Qur`an yang diturunkan Allah’, mereka berkata: ‘Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami’. Dan mereka kafir kepada Al-Qur`an yang diturunkan sesudahnya, sedang Al-Qur`an itu adalah (Kitab) yang hak; yang membenarkan apa yang ada pada mereka. Katakanlah: ‘Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika benar kamu orang-orang yang beriman?’.” (Al-Baqarah: 91)

Mereka tak hendak memancangkan keimanan di dalam hati mereka terhadap Al-Qur`an. Mereka sekedar mencukupkan diri sebatas pada Taurat dan Injil. Padahal Al-Qur`an telah mencakup dan membenarkan kitab-kitab yang datang sebelumnya, termasuk Taurat dan Injil yang ada pada mereka. Inilah bentuk kesombongan Yahudi. Pantas bila kemudian mereka mendapat laknat disebabkan sikap-sikap mereka yang tidak mau beriman dan bersikap melampaui batas:

لُعِنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيْلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُدَ وَعِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُوْنَ

“Telah dilaknat orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Dawud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas.” (Al-Ma`idah: 78)
Selain itu, mereka termasuk pula orang-orang yang mendapat murka dari Allah Subhanahu wa Ta’ala:

ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلاَّ بِحَبْلٍ مِنَ اللهِ وَحَبْلٍ مِنَ النَّاسِ وَبَاءُوا بِغَضَبٍ مِنَ اللهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ

“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah.” (Ali ‘Imran: 112)

… وَبَاءُوا بِغَضَبٍ مِنَ اللهِ …

“…dan mereka mendapat kemurkaan dari Allah…” (Al-Baqarah: 61)

فَبَاءُوا بِغَضَبٍ عَلَى غَضَبٍ …

“Dan mereka mendapat murka setelah kemurkaan…” (Al-Baqarah: 90)
Kata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu saat menerangkan ayat-ayat di atas, bahwa (ayat-ayat tersebut) ini merupakan penjelas bahwasanya al-yahud dimurkai atas mereka. (Iqtidha` Ash-Shirath Al-Mustaqim, hal. 117)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu, dalam menjelaskan Yahudi sebagai kaum yang dimurkai, mengutip pula hadits yang dikeluarkan oleh Al-Imam At-Tirmidzi rahimahullahu. Hadits ini dihasankan Asy-Syaikh Muhammad Nashirudin Al-Albani rahimahullahu. Disebutkan dalam hadits tersebut:

فَإِنَّ الْيَهُوْدَ مَغْضُوْبٌ عَلَيْهِمْ، وَإِنَّ النَّصَارَى ضَلاَّلٌ

“Sesungguhnya Yahudi dimurkai atas mereka, dan sesungguhnya Nashara adalah orang-orang yang sesat.” (HR. At-Tirmidzi no. 2953)
Itulah sosok Yahudi. Digambarkan secara transparan melalui Al-Qur`an dan As-Sunnah. Walau mereka telah memahami apa yang termaktub dalam kitab mereka, namun mata hati mereka tumpul untuk menerima kebenaran. Tak kalah sengitnya adalah sikap permusuhan mereka terhadap kaum muslimin. Permusuhan yang dilandasi keinginan mereka untuk menyatukan millah (nilai syariat) sesuai dengan yang mereka kehendaki.

وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُوْدُ وَلاَ النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلاَ نَصِيْرٍ

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: ‘Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)’. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (Al-Baqarah: 120)

Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan kepada Rasul-Nya, sesungguhnya orang-orang Yahudi dan Nasrani itu tidak akan pernah ridha (senang) kepadanya kecuali setelah mengikuti agama mereka. Karena sesungguhnya, mereka adalah orang-orang yang gencar menyeru (mengajak) orang-orang agar masuk ke dalam agama mereka. (Lihat Taisir Al-Karimi Ar-Rahman fi Tafsiri Kalam Al-Mannan karya Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di v dalam menafsirkan surat Al-Baqarah ayat 120)

Dipertegas oleh Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullahu, bahwa seandainya engkau memberi apa yang mereka minta, mereka tetap saja belum senang kepadamu. Sesungguhnya, mereka akan merasa senang kala dirimu mau meninggalkan Islam dan mengikuti (agama) mereka. (Al-Jami’ li Ahkami Al-Qur`an, 2/507)

Mencermati pernyataan para ulama di atas, memberi asupan berupa peringatan betapa kerasnya tekad kaum Yahudi dan Nasrani untuk menggaet kaum muslimin keluar dari agamanya. Penjelasan para ulama di atas tentu saja tidak bisa hanya diperhatikan dengan memicingkan sebelah mata. Karena pergulatan dakwah di dunia nyata, pemurtadan terhadap kaum muslimin demikian marak.

Ini merupakan bukti bahwa permusuhan yang mereka lancarkan kepada kaum muslimin bukan sekedar faktor perebutan kekuasaan atau masalah kepemilikan atas status wilayah, namun lebih dari itu lantaran masalah agama.

Pendudukan wilayah Palestina oleh Yahudi bukan sekedar orang-orang Yahudi membutuhkan tempat untuk tinggal. Namun perjuangan mereka untuk merebut tanah Palestina adalah lantaran dilandasi idealisme keagamaan.

Maka gambaran-gambaran yang telah dipaparkan dalam tulisan ini hanya sebagian kecil dari yang bisa ditampilkan untuk melihat wajah buruk Yahudi.

Bercokolnya negara Israel di wilayah Palestina merupakan salah satu “permainan” tingkat global yang dipertontonkan kaum Yahudi. Aksi-aksinya yang sistematis dan didukung lobi zionis menjadikan daya gigit mereka terhadap musuh-musuhnya terasa lebih ampuh.
Tapi, benarkah mereka kokoh? Tidak. Mereka lemah, karena menjadikan pelindung (penolong) selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kekuatan yang mereka susun tak ubahnya bak sarang laba-laba. Walau nampak rapi tersistem, namun senyatanya lemah sekali. Sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba.

مَثَلُ الَّذِيْنَ اتَّخَذُوا مِنْ دُوْنِ اللهِ أَوْلِيَاءَ كَمَثَلِ الْعَنْكَبُوْتِ اتَّخَذَتْ بَيْتًا وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوْتِ لَبَيْتُ الْعَنْكَبُوْتِ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُوْنَ

“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.” (Al-‘Ankabut: 41)

Tapi, kenapa kaum muslimin tetap tak berdaya menghadapi mereka? Ya, karena kaum muslimin masih carut marut. Masing-masing berjalan dengan pemahaman dan pikirannya sendiri-sendiri. Ada yang berjuang dan memiliki militansi yang tinggi, ternyata mereka berpaham Khawarij. Ada yang mencoba lebih lembut, berupaya menampilkan citra Islam yang damai dan sejuk, sehingga mengedepankan penataan spiritualitas, ternyata mereka penganut Sufi. Ada yang nampak cerdas, seakan mampu mengolah akal, ternyata mereka teracuni pemahaman Mu’tazilah. Ada yang berdakwah dengan menggiring penganutnya cinta kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ahlu baitnya, ternyata mereka berbendera Syi’ah Rafidhah.

Maka, untuk membingkai kembali bangunan kaum muslimin sehingga tertata secara baik, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan solusi sebagaimana tergambar dalam hadits Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma. Kata beliau, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِيْنَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيْتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللهُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لاَ يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِيْنِكُمْ

“Apabila kalian terlibat jual beli ‘inah, kalian telah mengambil ekor-ekor sapi, kalian merasa senang dengan pertanian, dan kalian telah tinggalkan jihad, maka Allah akan timpakan atas kalian kehinaan. Tidak akan dicabut kehinaan tersebut hingga kalian kembali kepada agama kalian.” (Sunan Abi Dawud, no. 3458, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani v dalam Ash-Shahihah no. 11)
Kembali kepada agama dengan pemahaman yang telah diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada para sahabatnya radhiyallahu ‘anhum. Memahami agama sebagaimana para salafush shalih telah memahaminya.

Menukil apa yang dinyatakan Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullahu, bahwa ittiba’ (mengikuti) syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bersabar dalam mengikutinya merupakan salah satu sebab turunnya pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada orang-orang yang beriman. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ

“Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian menolong (agama) Allah, niscaya Allah akan menolong kalian dan mengokohkan kaki-kaki kalian.” (Muhammad: 7)

Ini semisal dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dalam hadits dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma:

احْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ

“Jagalah (agama) Allah, maka Allah akan menjagamu. Jagalah (agama) Allah, niscaya Allah akan di depanmu.” (HR. At-Tirmidzi, no. 2516. Hadits ini dishahihkan oleh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Al-Jami’ no. 7957)

Barangsiapa menjaga Allah Subhanahu wa Ta’ala, dengan menjaga agamanya, beristiqamah di atasnya, saling menasihati dengan kebenaran dan bersabar atasnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menolong, meneguhkan, dan menjaga dia dari berbagai tipu daya. (Asbabu Nashrillah lil Mu`minin ‘ala A’da`ihim, hal. 7)

Demikianlah bimbingan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya dalam menghadapi tipu daya musuh-musuh Islam. Betapa pun segenap kekuatan telah dimiliki, namun pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala tetap diharapkan.

Wallahu a’lam.

Sumber : www.Asysyariah.com

kisah doa yang dikabulkan

Para ulama meriwayatkan bahwa sebagian golongan kafir dari golongan Nasrani pernah mengepung suatu negri kaum muslim, sampai golongan kafir kehabisan air minum, lalu mereka meminta kepada kaum muslim untuk menyediakan air minum supaya mereka dapat meninggalkan tempat pengepungan. Kemudian para penguasa muslim melakukan musyawarah. Mereka memutuskan: “Biarkanlah mereka kehausan sampai mereka menjadi lemah, lalu kita serbu mereka.” Golongan kafir tersebut tetap saja tinggal di tempat tersebut, mereka kemudian memanjatkan do‘a minta hujan sehingga Allah menurunkan hujan kepada mereka. Hal tersebut menyebabkan sebagian dari golongan awam men- jadi bingung. Lalu raja berkata kepada sebagian ahli pikir:

“Orang banyak telah mengetahui hal ini.” Kemudian raja diminta naik mimbar lalu berpidato: “Ya Allah, kami tahu bahwa mereka itu adalah golongan yang dijamin mendapatkan rezeki sebagaimana Engkau firmankan dalam Kitab-Mu (pada surah Huud ayat 6)

‘Dan tidak satu pun makhluk melata di muka bumi melainkan diberi rezeki oleh Allah.’ Mereka memohon kepada-Mu tatkala dalam kesulitan dan Engkau memperkenankannya. Tentu hal itu bukan karena Engkau mencintai mereka atau Engkau mencintai agama mereka. Sekarang kami ingin Engkau memperlihatkan kepada kami

suatu tanda yang dapat meneguhkan iman dalam hati para hamba-Mu yang beriman. Kemudian Allah mengirimkan kepada mereka angin kencang sehingga golongan kafir Kristen tersebut binasa.”

Mukhtarat Iqtidha’ Ash-Shirathal Mustaqim

Jumat, 04 Juni 2010

KEAJAIBAN SHODAQOH

Rasulullah Saw. bersabda, ?Bila engkau ingin dicintai Allah, takutlah kepada-Nya dan bertakwalah. Bila engkau ingin dicintai para makhluk, berbuat baiklah kepada mereka dan jangan berharap sesuatu dari yang mereka miliki. Bila engkau ingin diperkaya dalam harta, maka zakatilah harta bendamu. Bila engkau ingin disehatkan badanmu, maka per-banyaklah shodaqohmu. Bila engkau ingin diperpanjang umurmu, maka bersilaturrahmilah kepada kaum kerabatmu. Bila engkau ingin dikumpulkan bersamaku di padang mahsyar, maka perpanjanglah sujudmu kepada Allah Yang Maha Esa dan Maha Perkasa.?

?Suatu hari ada seorang pedagang datang kepada salah seorang staf saya. Ia mengaku punya utang Rp. 30 juta, dan tidak tahu lagi ke mana harus mencari uang untuk melunasi utangnya. Oleh staf saya, ia disuruh shodaqoh. Apa yang bisa dilakukannya? Ia mengaku tak punya sesuatu yang berharga untuk dijual. Akhirnya staf saya menganjurkan agar ia menjual motor vespanya dan menshodaqohkan hasilnya. Ter-nyata, pada saat ia sedang menawarkan sepeda motor tersebut, kakak-nya yang di Swiss kirim SMS. Isinya menyatakan bahwa ia baru saja mentransfer dana senilai Rp. 30 juta...?
(Ustadz Yusuf Mansur)

Shodaqoh memang tak mampu dinalar oleh hukum ekonomi: ?Anda mengeluarkan, maka milik Anda berkurang.? Begitulah Allah menaburkan jutaan keajaiban, mukjizat, misteri dan rahasia keagungan di balik amal-an shodaqoh. Baik itu berkaitan dengan kehidupan di dunia, seperti kelapangan hidup dari beragam masalah, kebarakahan kekayaan, ke-bahagiaan dan apalagi nikmat pahala di kehidupan akhirat kelak.
Tak pernah ada tutur kisah bahwa orang yang rajin bershodaqoh lantas hidupnya jadi miskin, melarat, dhaif dan menderita. Justru para dermawan itu, yang ikhlas lillahi ta'ala, hidupnya makin bertabur harta, makin mulia dan makin bahagia.